TEMPO Interaktif, Jakarta - Satu dekade sudah Canon IXUS wira-wiri di industri kamera digital saku Indonesia. Dalam sebuah acara beberapa hari lalu, Canon merayakan ulang tahunnya itu dengan meluncurkan anggota keluarga terbarunya: IXUS 1000 HS.
Bersamaan dengan itu, Canon juga merilis empat lini baru keluarga PowerShot, yaitu G12, S95, SX30 IS, dan SX130 IS. Ada beberapa teknologi yang ditanamkan pada kelima kamera baru itu.
Teknologi pertama adalah HS System, yang ditanam di IXUS 1000 HS, PowerShot G12, dan S95. Ini adalah teknologi yang memadukan sensor peka cahaya (high sensitivity sensor) dan prosesor gambar DIGIC 4.
Sebelumnya, HS System diperkenalkan kepada keluarga IXUS melalui seri 300 HS, yang diluncurkan pada Juli lalu. Adapun di keluarga PowerShot, fitur ini diperkenalkan kepada seri G11.
Ketika HS System dikombinasikan dengan prosesor DIGIC 4, maka pengguna bisa menghasilkan gambar berkualitas tinggi dalam situasi pencahayaan rendah dan mengurangi noise pada pengaturan ISO yang kelewat tinggi.
Kombinasi kedua teknologi itu akan membuat kamera menghasilkan kecepatan shutter yang lebih tinggi untuk mengurangi blur dan guncangan kamera. Di samping itu, sensitivitasnya terhadap pencahayaan membuat perekaman yang tak dapat dibantu dengan lampu kilat bisa menghasilkan foto yang lebih baik.
Misalnya pada saat ingin merekam sebuah resital tari, yang tak boleh memakai lampu kilat. Atau saat ingin mengabadikan detik-detik upacara perkawinan. Perekaman bisa dilakukan tanpa mendatangkan gangguan pada kehikmatan acara tersebut.
Teknologi lainnya adalah Hybrid IS atau penstabil gambar hibrida. Manfaatnya kurang-lebih mirip HS System, yakni menghasilkan foto yang berkualitas di ruang dengan pencahayaan minimal.
Namun teknologi ini bekerja dengan meminimalisasi efek gerakan atau guncangan pada saat kamera bekerja dengan tingkat sensitivitas tinggi di tengah ruang minim cahaya. Teknologi ini ditanamkan pada PowerShot G12 dan S95.
Canon juga menciptakan teknologi bernama Tracking AutoFocus. Fitur yang ada pada G12 ini akan mengikuti obyek yang bergerak dan mempertahankan tingkat fokus pada obyek itu.
Ada pula teknologi High-Dynamic Range, yang unik. Fitur ini memungkinkan kamera menjepret obyek dengan tiga eksposur yang berbeda-beda. Lantas kamera secara pintar akan menggabungkan segala eksposur itu dan menghasilkan sebuah foto dengan eksposur terbaik.
Fitur ini mirip Best Image Selection, ketika kamera langsung memotret lima frame, lalu mencari yang terbaik. "Pemotret tak perlu sering-sering menampilkan layar pratinjau," kata Angelie Ivone, Marketing Executive PT Datascrip, distributor Canon di Indonesia.
Khusus untuk IXUS 1000 HS, Canon melengkapinya dengan kemampuan melakukan pembesaran lensa sampai 10 kali. Ini menempatkan kamera itu sebagai kamera digital dengan pembesaran lensa 10 kali tertipis di dunia.
Sedangkan pembesaran lensa terpanjang dalam keluarga PowerShot terbaru adalah SX30 IS. Ia mampu melakukan pembesaran sampai 35 kali. Pembesaran ini juga dimulai dari sudut lebar 28 milimeter. Alhasil, nyaris semua sudut pemotretan bisa dijangkau dengan optimal. Ditambah lagi dengan fungsi Macro, yang memungkinkan kamera memotret obyek secara terfokus pada jarak terdekat 0 sentimeter.
Canon juga menambahkan kemampuan merekam video definisi tinggi (1.920 x 1.080 p) pada IXUS 1000, yang tertinggi dibanding keluarga PowerShot, yang diluncurkan dengannya. Keempat anggota keluarga PowerShot sanggup mencapai resolusi 1.920 x 720 p.
Lalu kelimanya dilengkapi fitur Miniature Effect in Movie. Fitur ini memungkinkan video yang direkam ditampilkan seperti miniatur, lalu diputar dengan kecepatan tinggi. Bisa 5 kali, 10 kali, sampai 20 kali lebih cepat dari kecepatan standarnya.
Banderol untuk keluarga PowerShot adalah Rp 5,1 juta untuk G12, Rp 3,9 juta untuk S95, Rp 4,49 juta untuk SX30 IS, dan Rp 2,39 juta untuk SX130 IS. Sedangkan IXUS 1000 HS dihargai Rp 3,59 juta.
DEDDY SINAGA