Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Seribu Satu Cara Mendulang Dolar dari Game  

image-gnews
FArmVille menjagi games yang popular di Facebook. PEnggunanya per Februari 2010 lebih dari 81 juta orang
FArmVille menjagi games yang popular di Facebook. PEnggunanya per Februari 2010 lebih dari 81 juta orang
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta -  Berapa besar penghasilan seorang pengembang game di dunia? Beberapa survei di Amerika mencatat penghasilan rata-rata pembuat game di negara itu mencapai US$ 80 ribu atau sekitar Rp 720 juta per tahun. Angka yang menggiurkan untuk ukuran hidup di Indonesia.

Bagaimana dengan penggiat industri game di sini? Fakta mencatat beberapa pengembang game memiliki penghasilan yang tak kalah bahkan melebihi penghasilan pembuat game di Negeri Abang Sam. Misalnya Roy Winata, pendiri sekaligus pembuat aplikasi di GDI Plus, yang mampu memasarkan game buatannya lewat Apple Store dengan penghasilan miliaran rupiah.

Dengan pengalamannya, wajar jika Roy Winata punya cerita bagaimana mendapatkan uang dan menjual game. Dia menuturkan, saat masih menjadi bos PT Global Dinamika Informatika (GDI), salah satu pekerjaan utamanya adalah meyakinkan manajemen perusahaan-perusahaan agar mau menggunakan jasanya membuat aplikasi atau peranti lunak. “Setelah klien yakin, program atau game akan dibuat sesuai dengan pesanan,” kata Roy, pendiri sekaligus pembuat aplikasi di GDI Plus.

Penghasilan terbesar datang saat Roy mendirikan GDI Plus, yang spesialis membuat game untuk iPhone dan iPad. Memang bukan perkara mudah. Roy mesti meyakinkan semua pengguna iPhone di seluruh dunia agar menggunakan aplikasi miliknya. “Jika suka, diunduh. Jika tidak, ya tidak dapat apa-apa,” katanya.

Roy menceritakan, GDI pertama kali menjual iWriteWords (aplikasi game belajar untuk anak di bawah lima tahun) pada awal 2009, dengan memasang harga US$ 0,99. “Harga ditentukan sendiri (Roy) sebagai pengembang aplikasi game,” katanya. Apabila laku, pengembang seperti GDI Plus akan mendapat 70 persen per unduhan aplikasi game oleh pelanggan di Apple Store. Tentu saja, sisanya (30 persen) untuk Apple Inc.

Harga murah disertai kualitas yang ajib membuat game buatan Roy laku di pasar. Begitu merasa laku, Roy langsung menaikkan harga menjadi US$ 2,99. Tapi kenaikan harga ini membuat pembeli mundur, sehingga harga diturunkan kembali menjadi US$ 1,99. “Tidak semua kenaikan harga langsung membuat pemasukan bertambah,” kata Roy. Setelah iWriteWords menjadi produk yang sangat laku, baru harganya dinaikkan menjadi US$ 2,99, yang bertahan sampai sekarang.

Meski sukses, Roy masih meraba-raba game seperti apa yang bakal laku di pasar. Setelah iWriteWords, Roy menduga aplikasi permainan untuk anak-anak pasti akan sukses. Sehingga Roy dan rekannya di GDI Plus, Agustinus, memutuskan membuat beberapa aplikasi lain untuk anak-anak. Hasilnya? Buruk. Bahkan ada yang hanya menghasilkan pemasukan kurang dari Rp 4 juta. “Akhirnya kami percaya, kalau tujuan dari awal mencari uang, hasilnya malah buruk,” kata Agustinus.

Kepercayaan itu bertambah karena dua aplikasi yang dibuat Agustinus, iNews dan Blogshelf, juga sukses meraup ratusan juta rupiah. Uniknya, kedua aplikasi buatan Agustinus dibuat karena rasa senang. “Bukan semata untuk mendapat uang sebanyak-banyaknya,” kata Roy. Saat ini mereka sudah mengumpulkan lebih dari Rp 2 miliar dari game-game yang dilepas mulai tahun lalu itu. Sumbangan terbesar datang dari iWriteWords, yang memberikan penghasilan sekitar Rp 800 juta.

Siapa pun bisa meniru apa yang dilakukan Roy dan Agustinus. Caranya sederhana: bikin game, letakkan di situs Apple, tunggu persetujuan dari Apple, dan dipajang.

Di samping menjual di Apple Store, ada model-model bisnis lain. Cara yang satu ini banyak dilakukan pengembang di Indonesia: menerima pesanan dari perusahaan game luar negeri alias outsourcing. Ada pula model bisnis dengan menjual game Flash lewat sponsorship. Biasanya sponsor berasal dari portal game milik luar negeri, seperti armorgames.com, crazymonkeygames.com, dan kongerade.com. Mereka rela membayar game buatan pengembang game di seluruh dunia dengan harga antara US$ 100 dan US$ 20 ribu. “Saya pernah mendapat sponsorship untuk satu game Flash seharga US$ 6.500,” kata pengembang game dan animasi, Malin Sugema. (BACA JUGA: Menyebarkan Candu Game Indonesia)

Menurut Fajar A. Budiprasetyo, harga aplikasi permainan online di pasar internasional berkisar antara US$ 10 ribu dan US$ 30 ribu. “Tergantung tingkat kesulitannya,” kata pengembang aplikasi yang menjabat chief executive officer di PT SkyEight ini. Pemuda 34 tahun ini pernah diminta membuat permainan role playing game (bermain peran) oleh perusahaan pengembang game jejaring sosial Amerika Serikat, Entercast. Dibantu tiga animator, Fajar berhasil menyelesaikan game berjudul Chronicle of the Fallen selama empat bulan.

Senada dengan Fajar, Wandah Wibawanto, 26 tahun, sesekali menerima pesanan dari perusahaan game luar dengan harga US$ 10 ribu. “Saya kerjakan sendiri sekitar 3-4 bulan,” kata Wandah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

CEO Agate Studio, Arief Widhiyasa, mengatakan industri game mempunyai prospek yang sangat cerah. Pria 23 tahun yang masih berstatus mahasiswa di Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung ini mengaku mampu memutar uang sekitar Rp 100 juta per bulan dari bisnis pembuatan game. “Sebulan kami membuat sedikitnya enam game Flash dan memenuhi pesanan game dari Amerika dan Eropa,” kata Arief, yang mengelola Agate Studio sejak 2009. (Baca juga: Guntur Tak Lagi Berpuasa )

Arief menambahkan, pertumbuhan industri game di dunia melesat bak roket, melebihi industri musik dan film. Tak terkecuali di Indonesia, game online kian digandrungi, bahkan sampai di kota-kota kecil. Indikasinya adalah banyaknya warung Internet yang menyediakan game online. Diperkirakan penggemar game online di Indonesia mencapai tujuh juta pemain. Belum lagi pengguna aplikasi mobile, komputer, dan situs jejaring sosial yang tak bisa dipisahkan dari game. Ini membuat industri game tak akan pernah mati.

Di masa mendatang, Kris Antoni dari Toge Productions berpikir para pengembang game di Indonesia bisa memanfaatkan model bisnis ala micro transaction. “Ini seperti di FarmVille di Facebook,” katanya. Dalam game FarmVille yang sangat populer itu, pemain yang bagus mendapatkan uang virtual jika tidak membiarkan tanamannya rusak. Uang virtual ini bisa untuk membeli benih atau peralatan.

Tapi, jika Anda pemain yang ceroboh, tanaman selalu mati, bisa saja tetap membeli benih atau peralatan di dalam game itu. Caranya: membeli dengan uang betulan lewat bank Internet, yakni PayPal, atau sistem pembayaran Facebook yang disebut Credits. Di FarmVille, misalnya, harga traktor US$ 3,5 dan empat ekor ayam US$ 5,6--semuanya uang betulan. Transaksi kecil ini menambah pundi-pundi studio pembuat FarmVille, yakni Zynga. Kris ingin menirunya. (Baca juga: Mereka Jagoan Kita)

Para pengembang juga bisa menjual merchandise yang berhubungan dengan game yang dibuatnya melalui toko online. Metode ini juga yang akan dilakukan oleh PT Nusantara Wahana Komunika, penerbit dan pemegang hak eksklusif permainan Nusantara Online.

Apa pun model bisnis yang diterapkan para pengembang game Tanah Air, secara tak sadar mereka telah menjadi duta produk kreatif yang tak kalah dengan bangsa lain. Tapi ada satu hal yang diingatkan Kris Antoni. “Sebisa mungkin hak cipta intelektual kita yang pegang,” katanya.


Rudy Prasetyo | Nur Khoiri

BERITA TERKAIT:

Menyebarkan Candu Game Indonesia

Seribu Satu Cara Mendulang Dolar dari Game

Mereka Jagoan Kita

Guntur Tak Lagi Berpuasa

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pesatnya Tren Teknologi Jadikan Industri Game Nasional Prospektif

21 Oktober 2017

Salah satu industri game dunia Sony and XBOX ONE, mengikuti pameran ini. Industri game di Inggris menyumbang GDP terbesar bagi Inggris, dengan total nilai transaksi mencapai  1.72 milyar poundsterling. Birmingham, Inggris, 24 September 2015.  M Bowles / Getty Images
Pesatnya Tren Teknologi Jadikan Industri Game Nasional Prospektif

Produsen komputer, Acer, menilai, dalam beberapa tahun, industri game di Indonesia akan tumbuh.


Dua Game Indonesia Jadi Nominasi IMGA SEA

13 September 2017

Infectonator, game berbasis web, iOs, dan Android ini telah memenagi penghargaan Game of the Year Award 2013 dari Armogames.com dan Best Cross Platform Game dalam Flash Gamming Summit 2011. Game ini dibuat oleh Toge Productions yang didirikan oleh Kris Antoni dan Sudirman Then pada 2010. Mereka telah membuat lebih dari 20 game, seperti Planetary Conflict dan Necronator 2. Play.google.com
Dua Game Indonesia Jadi Nominasi IMGA SEA

Alegrium mengumumkan dua game karyanya, yakni Almighty dan Icon Pop Quiz 2, menerima nominasi People's Choice Awards dalam kedua IMGA SEA


Beralih ke Xbox One X, Microsoft Hentikan Penjualan Xbox One

27 Agustus 2017

Xbox One X. Theverge.com
Beralih ke Xbox One X, Microsoft Hentikan Penjualan Xbox One

Microsoft telah menghentikan produksi Xbox One beberapa bulan sebelum penghentian penjualan konsol Xbox One.


LG Akan Pamerkan 2 Monitor Gaming di IFA 2017

23 Agustus 2017

LG Akan Pamerkan 2 Monitor Gaming, LG 32GK850G dan LG 27GK750F, di IFA 2017. Kredit: LG
LG Akan Pamerkan 2 Monitor Gaming di IFA 2017

LG melengkapi kedua gaming monitornya ini dengan refresh rate 144Hz dan 240Hz.


Formula 1 Luncurkan Kejuaraan Dunia eSports

22 Agustus 2017

Liberty Media, yang mengambil alih Formula One pada bulan Januari, telah menargetkan game sebagai area pertumbuhan untuk mendorong pendapatan. Kredit: Daily Mail
Formula 1 Luncurkan Kejuaraan Dunia eSports

Formula One mengumumkan peluncuran seri eSports yang akan berlangsung dari bulan September sampai November.


Bahaya Permainan Video bagi Otak, Parkinson dan Alzheimer

16 Agustus 2017

TEMPO/Yuyun N
Bahaya Permainan Video bagi Otak, Parkinson dan Alzheimer

Bermain video game jenis aksi tidak baik bagi kesehatan otak karena akan mengurangi daya ingat.


Game 'Where is My Water? 2' Dipakai untuk Memata-matai Anak-anak  

11 Agustus 2017

Aplikasi game Where's My Water? 2. (Google Play Store)
Game 'Where is My Water? 2' Dipakai untuk Memata-matai Anak-anak  

Amanda Rushing, ibu dua anak yang tinggal di California, menuntut perusahaan animasi Walt Disney atas tuduhan pelanggaran privasi anak-anak.


Fokus ke Game, Acer Perluas Lini Predator

10 Agustus 2017

Laptop gaming Acer Predator Helios 300. (cnet.com)
Fokus ke Game, Acer Perluas Lini Predator

Acer mengincar posisi teratas pasar perangkat game di Indonesia.


Paris Pertimbangkan Video Game Masuk Cabang Olimpiade 2024

9 Agustus 2017

Sebastian Coe. AP/Alastair Grant
Paris Pertimbangkan Video Game Masuk Cabang Olimpiade 2024

Presiden komite tender Olimpiade Paris mengatakan diskusi akan
digelar untuk membahas prospek gamer bersaing untuk emas
Olimpiade.


Penelitian: Video Game Kekerasan Picu Perilaku Agresif

4 Agustus 2017

Ilustrasi Game Online. ANTARA/Lucky.R
Penelitian: Video Game Kekerasan Picu Perilaku Agresif

Para orang tua sebaiknya berhati-hati jika anak gemar main video game yang bertema kekerasan.