Census of Marine Life, yang dibeberkan ke publik Senin (4/10), memakan waktu 10 tahun dengan mempekerjakan 2.700 ilmuwan dari 80 negara. Studi senilai US$ 650 juta (Rp 5,8 triliun) tersebut meneliti obyek dari mulai perairan terdingin sampai danau terhangat, dari mikroba terkecil sampai ikan paus terbesar.
Bahkan, penelitian itu sampai menjelajahi 10 ribu meter di bawah Marianas Trench di sebelah tenggara Jepang. Para ilmuwan mencari makhluk-makhluk laut untuk meneliti kebiasaan migrasi mereka dan jumlah mereka serta bagaimana mereka berkembang biak dan memamah biak.
Sensus tersebut juga mendapatkan beberapa penemuan yang tidak lazim selama 10 tahun termasuk "White Shark Cafe" (kafe hiu putih) dan tempat bermain ikan yang menghasilkan telur di Pasifik begitu juga bakteri raksasa serta moluska atau kerang.
Pada Agustus, para ilmuwan yang bekerja untuk sensus tersebut menemukan bahwa perairan dengan kehidupan laut terkaya berada di sekitar Australia dan Jepang. Selain itu, krustasea (binatang berkulit keras) merupakan kelompok terbesar dari hewan yang hidup di laut dengan sekitar seperlima dari seluruh kehidupan di laut.
Para ilmuwan memperkirakan ada lebih dari 1 juta spesies hewan laut, tetapi hanya 250 ribu yang tercatat secara resmi dalam literatur ilmuwan selama berabad-abad. Hewan laut tersebut termasuk mikroba yang diperkirakan ada 1 miliar jenis.
Vice-Chair of the Scientific Steering Committee, Myriam Sibuet, mengatakan, "Sensus memperbesar dunia yang belum terjamah. Kehidupan membuat kami semua tercengang ketika kami melihat sekeliling kami. Di dalam laut, kami menemukan komunitas-komunitas yang gemerlap meski hidup dalam kondisi yang ekstrem."
Sensus juga mengumpulkan informasi mengenai 16.764 spesies ikan yang pernah terungkap, tetapi diperkirakan ada lebih dari 5.000 spesies yang belum ditemukan.
Data dari sensus tersebut dicatat dalam bank data bernama Ocean Biogeographic Information System (OBIS). Bank data tersebut juga memuat 28 juta observasi lebih mengenai lebih dari 120 ribu spesies. Setiap tahun, ada lima ribu observasi tambahan yang masuk ke OBIS.
Sensus tersebut juga mengundang organisasi, proyek, atau individu lain untuk membantu memonitor kehidupan dunia air dengan cara berkontribusi ke OBIS.
Lebih dari 300 peneliti utama yang bekerja untuk sensus tersebut bertemu di London, Senin. Mereka mendiskusikan mengenai penemuan mereka dan rencana ke depan.
Survei dimulai 10 tahun lalu oleh Fred Grassle di Rutgers University, New Jersey, dan Jesse Ausubel dari Alfred P Sloan Foundation, New York.
CNN| KODRAT SETIAWAN