TEMPO Interaktif, Jambi - Enam ekor orangutan sumatera (Pongo Abelii) kini dipasangi alat transmiter dengan cara implantasi. Tim dokter hewan dari Perth Zoo bersama Frankfurt Zoological Society (FZS) melakukan operasi implan transmiter ini di Stasiun Reintroduksi Sungai Pengian, Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi.
"Pemasangan transmiter untuk untuk mengetahui distribusi ekosistem di Bukit Tigapuluh yang menjadi areal pelepasannya," kata Manajer Stasiun Reintroduksi Orangutan Sumatera FZS Julius Paolo Siregar, hari ini.
Menurut Paolo, pemasangan transmiter juga akan mempermudah pengamatan dan pengawasan orangutan serta untuk mengetahui apakah orangutan yang telah dilepasliarkan itu mampu bertahan hidup di alam atau tidak. "Kami juga akan mengetahui daerah jelajah setiap orangutan yang dilepasliarkan," katanya.
Keenam orangutan tersebut merupakan hasil sitaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara yang berusia 6-14 tahun. Orangutan itu kemudian menjalani program rehabilitasi di Jambi untuk mengembalikan kemampuan hidup di alam liar.
Kepingan transmiter dengan diameter sekitar 3 sentimeter dan tebal 1 sentimeter ini ditanam di tengkuk orangutan. Transmiter ini secara otomatis aktif pada pukul 07.00 hingga 15.00 WIB setiap harinya dan baterainya mampu bertahan hingga dua tahun.
Dokter hewan dari Perth Zoo, Simone Diane Vitali mengatakan sinyal yang dikeluarkan oleh transmiter tidak akan mengganggu perilaku orangutan. Semakin besar ukuran orangutan maka operasi implan akan semakin mudah.
“Menjadi pengalaman besar bagi saya, karena berkesempatan melakukan operasi pada satwa dilindungi keberadaannya sudah sangat langka di dunia,” ujar Simone. Operasi implantasi keenam orangutan seluruhnya berjalan sesuai rencana dan saat ini masih dalam tahap pengamatan atas luka bekas jahitan.
Primate Section Supervisor, Exotic Mammal Perth Zoo Clare Olivia Campbell menambahkan teknologi ini sangat menguntungkan dan dapat menjadi tolok ukur kesukesesan program konservasi, karena memberikan informasi atas habitat orangutan Sumatera.
“Implan transmiter ini bisa diterapkan pada primata lain seperti jenis gibbon," kata Clare. Teknologi, lanjut dia, juga terus berkembang untuk menciptakan transmiter baru yang ukurannya lebih kecil, sehingga memungkinkan untuk dipasang pada primata dengan ukuran tubuh yang lebih kecil.
Sekarang keenam orangutan tersebut, masuk dalam tahap penyembuhan luka bekas jahitan. Setelah dinyatakan tidak ada permasalahan, maka orangutan itu akan dilepasliarkan di sejumlah titik di kawasan ekosistem Bukit Tigapuluh menunggu musim buah tiba.
FZS bekerjasama dengan Kementrian Kehutanan, Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dan Pan Eco menjalankan program reintroduksi orangutan sumatera di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Sejak 2002, FZS telah merehabilitasi 136 ekor orangutan dan 119 ekor diantaranya telah kembali ke alam bebas.
Syaipul Bakhori