TEMPO Interaktif, Sydney - Para peneliti di University of Technology, Sydney telah mengembangkan teknologi untuk memungkinkan penyandang cacat berat yang tidak dapat bergerak lagi untuk menggunakan kekuatan pikiran mereka guna mengendalikan kursi roda.
Saat ini, ada dua cara bagi penyandang cacat untuk mengendalikan gerak kursi roda mereka. Pertama dengan menggunakan dagu untuk mengatur tuas gerak dan kedua dengan menghidup dan menghembuskan nafas ke sensor gerak. "Namun kedua cara ini membutuhkan gerakan fisik yang melelahkan bagi penyandang cacat," kata Profesor Nguyen Hung, Dekan Fakultas Teknik dan Teknologi Informasi di UTS.
Bersama timnya, kini Nguyen berusaha untuk membuat kursi roda yang mampu membaca gelombang otak penggunanya melalui 80 elektroda. Ada empat perintah yang sudah diatur yakni, maju, kiri, kanan dan berhenti.
Untuk maju, pengguna kursi roda ini hanya perlu memikirkan sebuah dadu bergerak maju. Jika hendak bergerak ke kiri, pengguna cukup berpikir sedang menulis surat, bergerak ke kanan dengan berpikir sedang meemcahkan soal matematika, dan untuk berhenti, pengguna tinggal menutup matanya. "Ini memang dirancang untuk mereka yang mengalami cacat berat," kata Nguyen.
Selama sepuluh tahun Nguyen berusaha mengembangkan prototipe kursi roda pembaca pikiran ini dan menghabiskan dana lebih dari US$ 500 ribu.
Sydney Morning Herald|Rini K
Baca Berita Terpopuler Lainnya:
"Satu Rupiah pun Tidak Ada Biaya untuk Pakaian Saya"
Sering Update Status Facebook, Teman Bisa Hilang
Dinosaurus Aslinya Berkaki Kecil