TEMPO Interaktif, Surabaya - Dengan tangan kosong, seorang pejuang kemerdekaan tampak mengendap-endap masuk hotel Yamato. Hanya satu yang dia cari, sebuah kunci untuk naik ke loteng atau lantai teratas hotel. Saat itu, tanggal menunjukan 19 September 1945, mesti baru sebulan Indonesia merdeka, tapi ada pemandangan aneh diatas hotel yang menjadi langganan menginap warga Belanda itu yaitu terpasangnya bendera "merah, putih dan biru", bendera kebesaran Belanda.
Belum jauh pejuang ini masuk hotel, dia kepergok penjaga hotel yang bersenjatakan laras panjang. Untungnya kepandaian bela diri tangan kosong berhasil menyelamatkannya dari keroyokan penjaga hotel. Senjata penjaga hotel-pun berhasil direbut. Dan dengan senjata laras panjang kaliber MP40 buatan Belanda ini, pejuang ini melanjutkan misinya mencari kunci naik loteng teratas.
Perang head to head-pun kerap terjadi. Semakin masuk hotel, musuhpun semakin banyak. Dan akhir cerita, si pejuang mampu menemukan kunci dan berhasil naik ke lantai teratas hotel. Diatas lantai itulah, dengan gagah berani, pejuang ini merobek warna biru bendera Belanda sehingga berubah menjadi bendera Merah-Putih. dan "Merdeka,"Merdeka" teriak pejuang ini.
Ilustrasi diatas tentunya bukanlah kenyataan, juga bukan sebuah film. Melainkan hanya permainan game visual grafik 3 dimensi berjudul "Pertempuran Sepuluh November Arek Suroboyo" atau disingkat P10NER. Game ini sengaja dirancang oleh tujuh mahasiswa teknik informatika Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) sebagai kado ulang tahun kampus tersebut yang ke-50.
"Kita tidak sekedar membuat game, sebagaimana namanya, ITS identik dengan 10 november, karennya saya sengaja meminta tujuh mahasiswa membuatkan game khusus sebagai kado ulang tahun," kata Imam Kuswardayan S.Kom, MT, dosen pembimbing dari pembuatan game ini.
Selain itu, game ini juga ditujukan sebagai media pembelajaran yang baik bagi generasi penerus akan pentingnya nilai kesejarahan. Dengan game sejarah, penikmat game diharapkan tidak hanya mendapatkan kesenangan dalam bermain game melainkan juga mampu mendapatkan ilmu tentang kesejarahan. Karenanya, game yang versi trailernya bisa diunduh melalui situs www.gameedukasi.com ini diharapkan menjadi pemicu lahirnya game-game yang bermuatan kesejarahan bangsa.
Sayang game yang menganut genre first person shooter atau mirip dengan game counter strike ini masih belum seseru counter strike yang melegenda itu. Grafik P10NER, masih sangat sederhana. Bahkan musuh-musuh yang ada di P10NER tampak masih sangat bodoh sehingga tembakannya jarang mengenai si pejuang yang menjadi jagoan utama dalam game.
Tak hanya itu, sang jagoan dalam game ini juga hanya tampak tanganya saja dan tidak bisa dirubah modusnya misalnya dirubah menjadi modus tampak seluruh tubuh. Meski begitu detail prilaku dalam Game ini sudah lumayan lengkap, misalnya ketika si jagoan terjatuh dari loteng atau lantai atas, secara otomatis nyawanya akan berkurang. Game ini juga sangat ringan dengan spesifikasi minimum komputer sekelas pentium 4 keatas.
Felix Handani, Proyek Manager dari Game ini mengatakan, yang tersulit dalam membuat game adalah merancang skenario-skenario. "Kami inginya game tidak mudah dan tidak terlalu sulit dimainkan, tapi inilah yang menurut kami sulit kami rancang," kata mahasiswa angkatan 2009 ini.
Dalam merancang game ini, Felix membaginya kedalam dua tim, tim pertama terdiri dari dirinya, kemudian Hermawan Winata dan Mahrus S Rizal (keduanya teman seangkatan). Ketiga orang ini bertugas sebagai programmer. Selanjutnya terdapat empat temannya lagi yaitu Nurina Aisyah Fitriani, Ratri Cahyarini, Yolanda Septiana, Dian Rahma Latifa, dan Yustiana Triwahyuni bertugas sebagai tim desain konten atau bertugas melakukan pewarnaan game sehingga nuansa kepahlawanan terlihat.
Game ini dibuat ke-tujuh mahasiswa angkatan 2009 ini selama dua setengah bulan. "Sebelum membuat game kami hunting film dan dokumen-dokumen di monumen tugu pahlawan," kata Yustiana. Film-film dokumenter yang mereka temukan, lantas diselipkan di beberapa bagian game. Misalnya setelah si pejuang berhasil menemukan kunci dan naik ke menara teratas hotel yamato maka diselingi-lah film dokumenter tentang penyobekan bendara yang dilakukan oleh arek-arek Surabaya kala itu. Untuk membangkitkan rasa kepahlawanan, sebuah lagu karya gombloh berjudul gebyar-gebyar dijadikan sebagai lagu pembuka.
Secara keseluruhan, Game P10NER ini terbagi menjadi empat level. Level pertama adalah tentang perobekan bendera dihotel yamato. Kemudian level kedua adalah perang tiga hari yang menceritakan datangnya Belanda yang membonceng sekutu di Surabaya. Level ke-tiga adalah peristiwa pertempuran dasyat di Jembatan Merah atau tewasnya Jenderal Mallaby. Game ini ditutup pada Level ke-empat yaitu peristiwa perang terdasyat pada 10 November 1945.
Nantinya, game ini akan dijual kepasaran dengan harga Rp 10 ribu perlevel. "Kita masih cari format, bagaimana cd dari game ini tidak bisa digandakan," kata Felix.
Fatkhur Rohman Taufiq