Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa keinginan karyawan untuk dapat mobile dan fleksibel dalam mengakses informasi perusahaan, sangat kuat. Riset ini memunculkan presentase yang berimbang antara karyawan yang memilih pekerjaan dengan kompensasi lebih rendah tapi memiliki kemudahan mengakses informasi selagi di luar kantor, dengan karyawan bergaji lebih tinggi tapi memiliki fleksibilitas lebih rendah.
Perusahaan perangkat teknologi jaringan ini menggagas survei terhadap 2.600 karyawan dan staf teknologi informasi (TI) di 13 negara. Sedangkan surveinya dilakukan oleh InsightExpress, firma riset pasar di Amerika Serikat.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa tiga dari lima karyawan (60 persen) percaya bahwa tidak perlu ke kantor untuk tetap produktif. Persentase karyawan yang percaya akan hal ini, paling tinggi datang dari Asia dan Amerika Latin. Lebih dari sembilan dari 10 karyawan di India (93 persen) berpendapat bahwa mereka tak perlu berada di kantor untuk tetap produktif. Kecenderungan ini juga terjadi di Cina (81 persen) dan Brasil (76 persen).
Dua dari tiga karyawan yang disurvei juga berharap TI memungkinkan mereka untuk menggunakan perangkat apa pun, baik yang dimiliki pribadi maupun yang disediakan perusahaan, untuk mengakses jaringan, aplikasi dan informasi perusahaan di mana pun dan kapan pun. Mereka juga melihat adanya kemungkinan menggunakan perangkat lain yang terus berkembang. Di masa depan, karyawan juga mengharapkan dapat lebih memilih perangkat yang dapat dikoneksikan ke jaringan perusahaan.
Nah, apakah perusahaan bisa memenuhi permintaan karyawan seperti hasil survei tersebut? Rupanya para staf TI yang disurvei menyatakan kebijakan perusahaan bakal menjadi penghalang keinginan itu. Riset ini menunjukkan bahwa hampir setengah staf TI yang disurvei (45 persen) mengatakan mereka tak memiliki kesiapan dari sisi kebijakan maupun teknologi untuk mendukung tenaga kerja mobile yang semakin tanpa batas. Keamanan menjadi faktor utama yang dipertimbangkan perusahaan.
Responden dari para staf TI ini merasa bahwa keamanan (57 persen), anggaran (34 persen) dan keahlian staf (17 persen) merupakan halangan terbesar untuk memungkinkan hal itu diwujudkan. Sedangkan para karyawan merasa TI dan kebijakan perusahaan bakal menjadi penghalang. Persepsi ini paling tinggi terjadi di India dengan lebih dari setengah responden (58 persen) merasa TI adalah penghalang untuk menjalankan gaya kerja yang lebih fleksibel.
Marie Hattar, Vice President, Borderless Networks, Cisco mengatakan riset ini memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai lingkungan kerja di masa depan. "Hasil riset jelas menunjukkan bahwa terdapat keinginan kuat dari karyawan di seluruh dunia untuk dapat lebih mobile dan fleksibel dalam menerapkan gaya kerja mereka," kata Marie. "Bahkan, keinginan ini sama kuat dengan permintaan akan gaji lebih tinggi."
DIM