TEMPO Interaktif, Jakarta - Oktober adalah bulan yang berarti bagi produsen perangkat elektronik Sony. Pada bulan ini, tepatnya pada Minggu lalu, Sony memutuskan untuk menghentikan produksi Walkman.
Walkman adalah pemutar kaset pita paling populer sejagat. Ia sangat melekat dalam kehidupan keseharian kita. Tak bisa dimungkiri bahwa Walkman adalah gaya hidup yang mewarnai era 1990-an sampai awal 2000-an.
Nah, arti Oktober yang lain bagi Sony dan Walkman adalah, pada bulan ini pula, sebelas tahun yang lalu, dunia kehilangan Akio Morita. Lelaki inilah sosok yang pertama kali mencetuskan ide untuk menciptakan Walkman.
Walkman diproduksi oleh Sony pada Juli 1979. Ia dibangun pada 1978 oleh insinyur di divisi audio, Nobutoshi Kihara, atas permintaan Morita, salah satu bos Sony pada saat itu.
Morita meminta Kihara menciptakan alat yang bisa memutar musik opera selama penerbangannya melintasi Samudra Pasifik. Lucunya, saat Walkman pertama tercipta, Morita malah marah-marah.
Morita rupanya membenci nama Walkman. Namun nasi sudah menjadi bubur. Walkman sudah keburu dipasarkan dan diiklankan. Para bawahannya mengingatkan bahwa ongkos mengganti nama akan membuat rugi. Morita pun menyerah.
Walkman tumbuh menjadi ikon. Selama tiga dekade sudah terjual 220 juta unit Walkman di seluruh dunia. Tapi perubahan tren membuat Sony mesti menutup buku untuk pemutar kaset pita itu.
Publik kian terkungkung pada keterbatasan kaset berpita yang hanya mampu menampung paling banyak sepuluh lagu. Ukurannya pun besar, sehingga pemutarnya juga harus besar.
Digitalisasi mampu merobohkan batasan itu. Ia menghasilkan lompatan yang luar biasa di dalam industri. Pemutar musik tak perlu lagi sebesar telapak tangan seperti Walkman mula-mula.
Dalam ukuran kecil, pemutar musik digital mampu menampung lebih banyak lagu dan video, tergantung kapasitas penyimpanannya. Bayangkan, dengan pemutar musik berkapasitas 8 gigabita saja, kita sudah bisa menyimpan sekitar 1.500 lagu.
Pemutar musik digital juga bersinergi dengan telepon seluler. Kemudian lahirlah ponsel-ponsel canggih yang memiliki kemampuan memutar musik dengan mumpuni. Era pemutar musik juga melahirkan layanan musik daring yang bisa dicapai di Internet. Apple melahirkan iTunes dan Microsoft menciptakan Zune Marketplace.
Kedua unsur ini tak bisa dipisahkan karena pengguna akan memakai layanan daring itu untuk aktivitasnya, seperti membeli dan mengunduh lagu sampai memperbarui peranti lunak.
Hanya, momentum perubahan tren ini bukan kepunyaan Sony. Inilah eranya Apple dengan iPod dan iPhone-nya. Sembilan tahun lalu, iPod pertama diluncurkan dan sudah terjual sebanyak 260 juta unit per April lalu.
Sony sudah mencoba membuat Walkman mengikut tren digital dan melahirkan Walkman pemutar musik dan video digital. Tapi mereka tak bisa mengejar Apple. Begitu pun beberapa vendor lain.
Di kancah peperangan ini, ada Microsoft dengan perangkat Zune-nya dan beberapa vendor dari Jepang, Korea Selatan, serta Cina. Tapi mereka ini tampak seperti penggembira saja.
Paling tidak, Walkman Sony telah mencatatkan diri dalam sejarah, yang sayangnya tak bisa diulang. Sejarah yang telah mengukir nama Walkman dan Morita.
DEDDY SINAGA | BERBAGAI SUMBER