TEMPO Interaktif, BANDUNG - Terumbu karang di Kepulauan Mentawai khususnya Pulau Pagai Selatan dikhawatirkan rusak berat. Kerusakan tersebut bukan karena patahan gempa, melainkan kekuatan tsunami pada 25 Oktober lalu.
Peneliti paleotsunami Eko Yulianto mengatakan, naiknya lempeng bumi di sekitar sumber gempa yang berjarak 78 kilometer sebelah barat Kecamatan Pagai Selatan, tidak signifikan merusak terumbu karang. “Kerusakan itu biasanya akibat tsunami yang menggerus terumbu karang,” ujarnya, Ahad (31/10).
Terumbu karang rusak karena terhantam berbagai material dari daratan yang digulung tsunami masuk ke laut. Adapun material halusnya bisa menutupi terumbu karang dan mematikannya. “Karena sinar matahari ke karang terhalang,” kata peneliti dari Pusat Geoteknologi LIPI itu.
Dari pengamatannya langsung di perairan Kepulauan Mentawai tahun lalu, kondisi terumbu karang masih tumbuh baik di bagian bawah perairan. Di sana, karang menjadi pusat informasi berharga bagi peneliti LIPI lainnya, Danny Hilman untuk menghitung periodesasi gempa besar segmen Mentawai. “Di sebelah karang yang mati, akan tumbuh lagi karang yang baru,” ujarnya.
Selama ini, kata Eko, karang di Pulau Pagai Selatan misalnya, tumbuh cukup dangkal hingga menyulitkan akses kapal yang ingin masuk ke pulau. Kerusakan terumbu karang itu diperkirakan tidak mengganggu aktivitas surfing. “Kalau buat (wisata) diving terpengaruh,” katanya.
Baca Juga:
Dia berharap kerusakannya kali ini tidak sebesar dampak tsunami Aceh 2004 dan tsunami di Flores pada 1992 yang membunuh terumbu karang secara luas di Pulau Babi.
ANWAR SISWADI