Itulah hasil penelitian global yang dilakukan oleh Cisco dengan menggandeng Ipsos Mori. Perusahaan ini mensurvei sejumlah karyawan di 12 negara.
Temuannya, sebanyak 90 persen pengguna teknologi kolaborasi video percaya teknologi ini dapat menghemat waktu dua jam kerja tiap minggu. Sisanya percaya ia sanggup menghemat waktu sampai hampir satu hari kerja atau tujuh jam lebih per minggu.
Sebanyak 73 persen dari responden yakin bahwa teknologi kolaborasi video dapat meningkatkan daya saing, 71 persen percaya ia mendekatkan karyawan, dan 70 persen yakin teknologi itu meningkatkan keseimbangan antara kerja dan kehidupan sehari-hari.
Disamping itu, semua responden setuju bahwa kolaborasi video dapat meningkatkan kualitas komunikasi saat mereka bekerja dari rumah. Teknologi ini juga membantu menjaga kesinambungan bisnis jika terjadi gangguan (67 persen), meningkatkan kolaborasi kelompok (67 persen), mengurangi kebingungan (67 persen), dan membantu perusahaan memproyeksikan apa yang akan terjadi (64 persen).
Di Cina, sebanyak 46 persen karyawan yakin bahwa kolaborasi video menghemat waktu tujuh jam per minggu. Di negeri ini, sebanyak 56 persen responden sudah memakai kolaborasi video. Cina mengungguli Prancis, Amerika Serikat, Jerman, dan Spanyol.
Survei yang digagas oleh Cisco itu digelar secara online oleh Ipsos Mori selama Mei dan Juni 2010. Mereka mensurvei 500 karyawan di 12 negara. Usia responden mulai 18 tahun dan bekerja penuh atau paruh waktu di organisasi dengan paling tidak 250 karyawan.
Dengan menggunakan telepresence, pelanggan kami dapat menghemat banyak waktu sehingga terjadi peningkatan efisiensi, produktivitas, dan peningkatan daya saing,” kata Odd Johnny Winge, Wakil Presiden dan General Manager unit bisnis TelePresence Systems Cisco, dalam siaran pers kemarin.
DEDDY SINAGA