Penelitian dilakukan terhadap hamster. Pola tidur binatang kecil itu diganggu dan diacak. Akibatnya, hamster mengalami jet lag dan sebagian kerja otaknya di bawah normal. Gejala lain yang ditimbulkan adalah daya ingat binatang ini menurun.
Jet lag terbukti menyebabkan gangguan kesehatan yang cukup serius, kata Erin Gibson dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat. Penelitian membuktikan bahwa orang yang bekerja keras dengan pola tidur yang tak teratur rentan terhadap penyakit cardiovascular, diabetes, dan kanker.
Gibson dan sejawatnya melakukan penelitian dengan membuat hamster dalam kondisi jet lag. Caranya, mereka memajukan pola tidur binatang kecil itu berubah enam jam setiap tiga hari selama sebulan. “Rasanya seperti terbang dari New York ke Paris setiap tiga hari sekali,” kata Gibson.
Total jam tidur hamster tidak berubah. Yang berubah adalah jumlah jam bangun dan tidur yang terus berbeda selama sebulan. Jet lag menyebabkan penurunan jumlah neurons atau impuls otak dalam hippocampus sekitar 50 persen. Fungsi mental juga mengalami penurunan.
Hamster yang sudah terkena jet lag tak bisa menemukan letak mainan roda berputar, yang menjadi kegemarannya, yang terletak di dua ruang berbeda. Bahkan, 28 hari setelah hamster itu kembali ke pola tidur normal masih menunjukkan gejala penurunan daya ingat.
Adanya disharmoni antara jam biologis tubuh dan lingkunagn sekitar, kata Gibson, menyebabkan efek yang cukup lama terhadap kemampuan belajar dan daya ingat.
Meski begitu, Gibson menambahkan, masih belum jelas bagaimana masalah kognitif ini berhubungan langsung dengan jet lag. Hormon melatonin, stres, dan meningkatnya jumlah sel yang mati kemungkinan besar menjadi penyebabnya. Namun ia menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
WIREDSCIENCE | FIRMAN