Mereka menemukan bahwa terdapat variasi yang amat besar tentang bagaimana otak berbagai kelompok mamalia berbeda berubah selama masa itu. Mereka juga menyatakan adanya hubungan antara sosialitas mamalia dan ukuran otak relatif terhadap ukuran tubuh.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal PNAS, tim riset itu menganalisis data ukuran otak dan tubuh lebih dari 500 spesies mamalia, baik hidup atau dalam bentuk fosil. Mereka menemukan bahwa otak monyet tumbuh paling tinggi dalam masa itu, diikuti kuda, lumba-lumba, unta, dan anjing.
Studi itu memperlihatkan bahwa kelompok mamalia dengan otak yang relatif lebih besar cenderung hidup dalam kelompok sosial yang stabil. Otak mamalia yang lebih menyukai hidup sendirian, seperti kucing, rusa, dan badak, tumbuh jauh lebih lambat dalam periode yang sama.
Riset sebelumnya, yang meneliti bagaimana kelompok mamalia tertentu memiliki otak lebih besar, dilakukan berdasarkan studi mamalia dengan kekerabatan jauh. Banyak ilmuwan yang percaya bahwa tingkat pertumbuhan otak relatif terhadap ukuran tubuh mengikuti kecenderungan umum pada seluruh kelompok mamalia. Namun studi Susanne Shultz dan Robin Dunbar dari Institute of Cognitive and Evolutionary Anthropology, Oxford University, memutar balik pandangan tersebut.
Mereka menemukan bahwa ada variasi luas dalam pola pertumbuhan otak di antara berbagai kelompok mamalia. Mereka juga menemukan bahwa tak semua kelompok mamalia yang mempunyai otak lebih besar menandakan bahwa binatang sosial butuh berpikir lebih banyak.
"Studi ini menentang anggapan lama bahwa ukuran otak seluruh mamalia meningkat," kata Shultz. "Sebaliknya, kelompok spesies yang sangat sosial mengalami peningkatan yang jauh lebih cepat daripada spesies yang lebih soliter. Ini menunjukkan bahwa kerja sama dan koordinasi yang diperlukan oleh kelompok binatang itu sangat menantang dan, selama beberapa masa, sejumlah mamalia mengembangkan otak yang lebih besar untuk mengatasi kebutuhan bersosialisasi."
SCIENCEDAILY | TJANDRA