Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Planet Mirip Bumi Itu Panas dan Beruap

image-gnews
Planet GJ 1214b. Foto: commons.wikimedia.org
Planet GJ 1214b. Foto: commons.wikimedia.org
Iklan
TEMPO Interaktif, Cambridge - Dengan massa 6,5 kali massa Bumi, planet GJ 1214b adalah salah satu eksoplanet terkecil yang ditemukan hingga saat ini. Planet yang digolongkan sebagai salah satu "super-Earth" atau planet mirip Bumi yang letaknya jauh di luar tata surya kita ini memiliki atmosfer gas yang melindunginya dari radiasi bintang.

Penemuan atmosfer salah satu "super-Earth" tersebut adalah terobosan amat penting dalam pencarian eksoplanet--planet di luar tata surya--yang dapat dihuni oleh makhluk hidup. Observasi spektroskopis terhadap planet tersebut ketika melintasi wajah mataharinya memungkinkan para astronom pertama kalinya melihat atmosfer planet yang terletak 42 tahun cahaya, atau sekitar 400 triliun kilometer dari tepi tata surya itu. Meski data baru tersebut tidak memberi daftar kandungan gas di dalamnya dengan tepat, hasil analisis mengindikasikan bahwa atmosfer planet itu bukanlah awan yang bebas hidrogen.

Planet GJ 1214b, yang baru ditemukan akhir tahun lalu, mengorbit sebuah bintang merah kerdil sekitar 42 tahun cahaya dari Bumi. Observasi sebelumnya menunjukkan bahwa kerapatan planet itu terlampau rendah bagi sebuah obyek solid tanpa atmosfer. "Tak ada planet seperti ini dalam tata surya kita," kata Jacob Bean, ahli astronomi planet di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat.

Menggunakan teleskop superbesar milik Badan Antariksa Eropa (ESA) di Cile, Bean dan timnya mengukur spektrum planet tersebut. Kira-kira 50 menit dari setiap kali mengorbit selama 38 jam, GJ 1214b melintas tepat di depan bintangnya bila dilihat dari Bumi.

Meski kecil, GJ 1214b menghalangi sebagian besar cahaya mataharinya ketika melakukan transit, karena ukuran bintang inangnya yang kerdil, hanya seperlima diameter matahari. Sebagai bonus, planet itu relatif lebar untuk ukuran massanya, mengindikasikan adanya atmosfer substansial. "1214 b adalah super-Earth yang sempurna untuk dipelajari," kata Bean.

Kondisi yang sangat menguntungkan itu memberikan peluang bagi para ilmuwan untuk mengamati filter cahaya yang menembus atmosfernya dan memberi petunjuk tentang gas yang mengelilingi planet itu.

Dalam dua kali GJ 1214b transit awal tahun ini, Bean dan tim astronomnya mengobservasi planet itu pada pita sempit panjang gelombang yang bervariasi, dari merah hingga mendekati inframerah. "Jika planet itu dikelilingi oleh atmosfer yang didominasi hidrogen, dan pandangan dari Bumi juga tak dihalangi awan, jumlah uap air pada keadaan yang tinggi akan menyerap cahaya jauh lebih kuat pada panjang gelombang yang kami amati."

Spektrum yang diperoleh sangat halus, tanpa adanya puncak tajam yang mengindikasikan penyerapan oleh molekul spesifik. "Spektrumnya terlihat seperti sebuah garis datar, tapi itu menunjukkan atmosfer planet yang sangat kuat," kata Bean.

Pola itu akan membuat GJ 1214b tampak memiliki diameter yang jauh lebih besar pada panjang gelombang tertentu. Namun ukuran planet tersebut kelihatannya konsisten pada seluruh panjang gelombang yang diamati Bean dan timnya. Itu mengindikasikan adanya tipe atmosfer lain.

Dalam laporan di jurnal Nature pada awal Desember, Bean mengungkapkan bahwa GJ 1214b ada kemungkinan diselimuti lapisan awan yang menangkal masuknya panjang gelombang merah maupun mendekati inframerah dengan sama efektifnya.

Tak ada atmosfer planet yang dapat berkondensasi dalam kondisi tekanan dan temperatur seperti GJ 1214b. Temperatur planet itu 1.200-1.400 derajat Celsius dan tekanannya sekitar 100 atmosfer Bumi, jika atmosfernya sebagian besar terdiri atas hidrogen. Tapi planet itu bisa saja terbungkus lapisan kabut fotokimia, seperti Venus dan Titan--salah satu bulan Saturnus--di dalam tata surya kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemungkinan lain adalah atmosfer planet tersebut terdiri atas sedikitnya 70 persen uap air, membuat GJ 1214b seperti sebuah planet sauna abadi.

"Saya terpukau melihat kualitas data mereka," kata Drake Deming, ahli astronomi planet di NASA Goddard Space Center di Greenbelt, Maryland. "Datanya sangat lengkap dan baik."

Data yang ada memang tidak cukup bagi para ilmuwan untuk membedakan kedua alternatif itu. Namun Deming mencatat, "Sebagian besar ahli astronomi menduga atmosfer eksoplanet tersebut berawan dan berkabut."

Observasi planet transit pada panjang gelombang tambahan, terutama pada inframerah jauh, yang membuat awan dan kabut cenderung terlihat transparan, kata Deming, akan mengakhiri perdebatan itu. Kini para ahli astronomi telah menjadwalkan pengamatan pada panjang gelombang lain menggunakan sensor pada Hubble Space Telescope. Teleskop antariksa James Webb yang akan diluncurkan pun telah dilengkapi dengan sensor yang dapat melakukan pemantauan semacam itu.

Penemuan eksoplanet yang kian kecil dan semakin dingin pada akhirnya akan mencapai puncaknya pada planet yang makin menyerupai Bumi, bukan ratusan planet raksasa superpanas. "Tak akan lama lagi sampai kami menyelidiki atmosfer sesuatu yang dapat dihuni," kata Bean.

Penemuan Bean dan timnya yang mampu mendeteksi atmosfer eksoplanet ini adalah lompatan besar. Langkah berikutnya adalah mencari tanda adanya aktivitas biologi, bukti adanya kehidupan di luar Bumi.

TJANDRA DEWI | NATURE | GRAPHICNEWS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

17 hari lalu

Petugas Kantor Kemenag Kota Sabang melakukan pemantauan hilal di Tugu Kilometer Nol Indonesia, Kota Sabang, Aceh, Minggu, 10 Maret 2024. Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 ANTARA/Khalis Surry
Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

Awal Syawal atau hari Lebaran 2024 diperkirakan akan seragam pada Rabu, 10 April 2024. Berikut ini penjelasan astronom BRIN soal posisi hilal terkini.


Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

23 hari lalu

Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles
Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

Kondisi cuaca, polusi cahaya, dan sempitnya durasi bisa menghambat pengamatan Komet Setan.


Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

23 hari lalu

Pemandangan lintasan meteor di langit malam selama hujan meteor tahunan Perseid di Taman Nasional Shebenik, di Fushe Stude, Albania, 13 Agustus 2023. REUTERS/Florion Goga
Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

Sejumlah fenomena astronomi langka bakal terjadi sepanjang April 2024. Ada hujan meteor, gerhana matahari total, sampai okultasi bintang Antares.


Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

24 hari lalu

Gambaran orbit elips komet 12P/Pons-Brooks yang akan melontarkan 'komet setan' itu mengelilingi matahari pada 2024. Foto: SpaceReference.org
Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.


Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

2 Februari 2024

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.


Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

6 Januari 2024

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.


Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

5 Desember 2023

Hujan meteor Geminid. (nasa.gov)
Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

Beberapa fenomena astronomi mewarnai langit malam Desember 2023.


Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

4 Oktober 2023

Gerhana Bulan terlihat di Bangkok, Thailand, 8 November 2022. REUTERS/Athit Perawongmetha
Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

Gerhana bulan akan terjadi pada Ahad dini hari, 29 Oktober 2023.


Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

6 September 2023

Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023. Dok. Puspresnas
Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

DKI Jakarta meraih juara umum pada Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023 dengan total 71 medali.


Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

4 September 2023

Dzaky Radiansyah bersama medali perak yang diraihnya di International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOOA) ke-16 2023. Foto: Pribadi
Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

Dzaky mengaku menyukai astronomi sejak kelas 3 SMP.