Dibandingkan dengan versi sebelumnya, Froyo memang lebih mumpuni untuk menampung fitur yang lebih berat. Untuk menopang peranti lunak ini, HTC membekali Desire Z dengan ROM 1,5 gigabita, RAM sebesar 512 megabita, dan prosesor Qualcomm MSM 7230 berkecepatan 800 MHz.
HTC Desire Z adalah model ponsel berbentuk geser. Saat ponsel itu tertutup, kita akan menyaksikan ponsel bertubuh metal dengan layar sentuh 3,7 inci. Lalu geserlah bagian atasnya sehingga muncul sebuah keyboard QWERTY di baliknya.
Meski bisa digeser, layar itu tak bisa ditarik sedikit tegak lurus dengan keyboard-nya. Jadi, bila ingin memakai keyboard, tubuh ponsel menjadi rada lebar.
Dengan Froyo, ada beberapa fitur yang menarik untuk dinikmati di sejumlah ponsel tersebut. Salah satunya adalah navigasi. HTC menyediakan peta yang bisa diunduh secara gratis saat membeli ponselnya.
Navigasi melalui Location tak membutuhkan biaya data. Ini berbeda bila Anda memakai Google Map atau Latitude.
Untuk navigasi dasar, pengguna tak perlu membayar apa pun. Namun, bila ingin menikmati pemanduan rute-per-rute, pengguna mesti membayar. Ponsel ini adalah salah satu yang memiliki panduan suara.
Kami beruntung bisa mencicipi navigasi di ponsel ini secara eksklusif sebelum ponsel ini diluncurkan secara resmi pada 1 Desember lalu. Perjalanan dilakukan dengan mobil dari kawasan Grand Indonesia menuju bilangan Monas, pulang-pergi.
Langkah pertama adalah mengaktifkan fitur HTC Location di ponsel, lalu mengunci posisi GPS. Namun, lantaran GPS tak bisa dikunci dari dalam mobil, kaca jendela perlu dibuka terlebih dulu.
"Kaca film yang bagus memang sering kali jadi penghambat GPS," kata Yopie Suryadi, aktivis di komunitas Android, yang memandu kami saat itu.
Setelah lokasi GPS terkunci, kami memasukkan tujuan, lalu sistem navigasi akan langsung menentukan rute (routing). Lantaran peranti lunak Location yang kami pakai adalah versi Premium Navigation, ponsel akan langsung menentukan rute dan menganalisis rute baru bila rute awal terlewati.
Suara pemandu di ponsel tersebut terdengar jelas dengan penggunaan bahasa Indonesia yang tepat. Ini berbeda dengan beberapa peranti lunak navigasi yang "aneh" bahasanya lantaran merupakan terjemahan otomatis.
Selain itu, peta akan ditampilkan secara dinamis pada tampilan tiga dimensi. Kadang-kadang rute tampak menjauh, kadang-kadang mendekat. Bangunan di sekitarnya ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi.
Desire Z memakai kamera 5 megapiksel yang mampu merekam video definisi tinggi 720 piksel. Kamera juga mampu mendeteksi wajah, menambahkan efek di gambar, atau melakukan geotagging.
Dengan Froyo, HTC Desire Z kini mampu melakukan tethering alias dipakai sebagai modem untuk mengakses Internet via kabel USB. Malah ia bisa menjadi sumber hotspot.
Khusus untuk ponsel anyar ini, HTC menciptakan sebuah layanan baru bernama HTCsense.com. Layanan ini memungkinkan melakukan akses dari jarak jauh melalui Internet. Pengguna mampu mengakses isi ponsel, mengirim pesan pendek, sampai menghapus semua data bila ponsel hilang.
Semua hal menarik itu memang tak murah, sebagaimana versi Desire sebelumnya. HTC memberi harga ponsel ini Rp 6,199 juta.
DEDDY SINAGA