Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

OpenBTS, Solusi Komunikasi Murah Meriah

image-gnews
TEMPO/Nita Dian
TEMPO/Nita Dian
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Komunikasi murah bukan mustahil. Ketika berbagai operator seluler berlomba memberikan akses komunikasi berbiaya rendah, penggiat teknologi informasi Onno W. Purbo justru sudah membuktikan teknologi Open Base Transceiver Station (OpenBTS), yang tidak lagi menggunakan jaringan milik operator seluler untuk saling berkomunikasi menggunakan telepon seluler berbasis global system for mobile (GSM).

Bersama tiga rekannya, jebolan teknik elektro dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini berhasil mencoba sistem pemancar bersifat terbuka (OpenBTS) di Asian Institute of Technology di Thailand beberapa waktu lalu. "OpenBTS ini lebih murah, hemat energi, dan dapat diatur sesuai kebutuhan," kata Onno kepada Tempo, Rabu pekan lalu.

Daya listrik yang dibutuhkan OpenBTS dalam cakupan satu ruangan itu, kata dia, hanya 200 miliwatt. Apabila ingin memperluas "wilayah jajahannya", tinggal menambahkan amplifier dan antena yang kekuatannya disesuaikan dengan keinginan. Menurut penggagas RT/RW-Net ini, untuk menjangkau area seluas satu kecamatan, OpenBTS hanya memakan daya 6-9 watt.

Biaya yang dibutuhkan untuk membuat OpenBTS sekitar Rp 15-25 juta. Bandingkan dengan investasi hingga miliaran rupiah yang dikeluarkan berbagai perusahaan operator seluler untuk membangun menara pemancarnya. Peralatan yang dipakai dalam sistem OpenBTS ini, antara lain, sebuah perangkat keras Universal Software Radio Peripheral (USRP) dengan harga US$ 1.500 ditambah bea masuk US$ 800. Hardware yang bentuknya seperti radio ini biasanya digunakan untuk BTS dan radar.

Adapun perangkat lunak yang digunakan untuk menjalankannya dapat diperoleh secara gratis melalui mesin pencari Google. Software untuk memprogram "radio gila" itu adalah OpenBTS, Asterisk, dan Jabber. Cara kerja OpenBTS sama sekali berbeda dengan BTS operator seluler. Traffic yang lazimnya diteruskan ke Mobile Switching Center, pada OpenBTS diterminasi pada boks yang sama dengan cara meneruskan data ke Asterisk PBX melalui SIP dan Voice-over-IP (VoIP).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada saat uji coba, OpenBTS mampu meneruskan sinyal dari berbagai jenis ponsel, dari ponsel jadul hingga smartphone. Namun, untuk ponsel model lama, sambungan telepon agak tersendat karena frekuensi yang dipancarkan kurang stabil atau clock reference-nya berubah-ubah. Adapun pada telepon pintar mampu menyesuaikan jika terjadi pergeseran frekuensi. Bagi yang ingin menggunakan ponsel code division multiple access (CDMA) dengan OpenBTS, pengguna harus mengganti programnya terlebih dulu.

Onno memang bukan orang pertama yang mengembangkan OpenBTS. Harvind Samra dan David A. Burgess adalah yang pertama kali mempopulerkan teknologi murah meriah ini dengan target mengurangi biaya penggunaan layanan GSM sampai di bawah US$ 1 setiap bulan untuk satu pelanggan. Tahun ini teknologi OpenBTS sudah diterapkan secara permanen di Nieu, sebuah negara kepulauan yang berasosiasi langsung dengan Selandia Baru. Lantaran letaknya yang terpencil dan penduduk hanya sekitar 1.700 orang, operator seluler tidak tertarik melayani komunikasi di negara yang dijuluki Karang Polinesia ini.

Untuk menerapkan teknologi OpenBTS di Tanah Air, Onno mengaku agak sulit karena terhambat aturan barang impor dan izin frekuensi. Padahal, dia melanjutkan, OpenBTS sangat bermanfaat ketika terjadi bencana alam, daerah yang terisolasi, dan saat komunikasi terputus sama sekali.

Rini Kustiani

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kepala BNPB: Indonesia Harus Punya Sistem IT Bencana

9 Mei 2017

Kepala BNPB Willem Rampangilei memberikan sambutan pada Asian Committe on Disaster Management di Hotel Gumaya, Semarang, 26 April 2016. Perhelatan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat dan meningkatkan penanggulangan bencana di dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara. TEMPO/Budi Purwanto
Kepala BNPB: Indonesia Harus Punya Sistem IT Bencana

Kepala BNPB Willem Rampangile menyatakan Indonesia perlu investasi pengembangan teknologi informasi kebencanaan.


Google Investasi Kabel Bawah Laut Singapura-Jakarta-Australia

6 April 2017

Google mengumumkan investasi kabel bawah laut Singapura-Jakarta-Australia. Kredit: Techcrunch
Google Investasi Kabel Bawah Laut Singapura-Jakarta-Australia

Google mengumumkan investasi kabel bawah laut yang menghubungkan Singapura ke Perth dan Sydney di Australia dengan cabang Jakarta.


Oleh-oleh Rombongan Wali Kota Risma-ITS dari San Fransisco

19 Februari 2017

Ilustrasi Facebook dan Twitter/ media sosial. REUTERS/Dado Ruvic
Oleh-oleh Rombongan Wali Kota Risma-ITS dari San Fransisco

Sepulang dari Amerika Serikat, ITS akan menindaklanjutinya dengan melakukan kerja sama kongkrit.


Silicon Valley Bersiap Pindahkan Pekerja ke Kanada

1 Februari 2017

Kota Vancouver di Kanada. Foto: commons.wikimedia.org
Silicon Valley Bersiap Pindahkan Pekerja ke Kanada

Pengusaha Silicon Valley memfasilitasi perusahaan AS membuat
anak perusahaan dan memindahkan karyawan ke Vancouver, Kanada.


Hybrid Cloud Lebih Diminati Perusahaan Indonesia, Kenapa?

18 Januari 2017

Komputasi Awan.
Hybrid Cloud Lebih Diminati Perusahaan Indonesia, Kenapa?

Pemimpin IT lebih pilih komputasi hybrid untuk perusahaannya bertransformasi digital


Pemimpin TI di Indonesia Prioritaskan Hybrid Cloud

18 Januari 2017

Seorang staff menunjukkan cara kerja piranti lunak cloud computing untuk mengoperasikan penerbangan, di booth Microsoft pada persiapan Pameran Komputer CeBit di Hanover, Jerman, Senin (5/3). REUTERS/Fabrizio Bensch
Pemimpin TI di Indonesia Prioritaskan Hybrid Cloud

Permintaan akan pendekatan hybrid yang lebih terintegrasi semakin
menguat.


Buka Kantor Baru, Google Investasi Rp 17 Triliun di Inggris

16 November 2016

Sundar Pichai. REUTERS
Buka Kantor Baru, Google Investasi Rp 17 Triliun di Inggris

CEO Google Sundar Pichai mengatakan Inggris adalah salah satu pasar terbesar Google.


NTT Communications Luncurkan Jaringan Kabel Optik Bawah Laut

31 Oktober 2016

Foto: worldisround.com
NTT Communications Luncurkan Jaringan Kabel Optik Bawah Laut

NTT Communications Corporation (NTT Com), anak perusahaan solusi TIK dan komunikasi internasional NTT (NYSE:NTT) Group, meluncurkan APG.


Canggih, Sistem Cloud Kini Sudah Ada dalam Jaket

23 Agustus 2016

ilustrasi. technorati.com
Canggih, Sistem Cloud Kini Sudah Ada dalam Jaket

Sistem ini memudahkan pengoperasian perangkat pintar dalam kondisi sulit, seperti bencana atau perang.


Kabel Jepang-AS Kapasitas 60 Terabit Per Detik Beroperasi

30 Juni 2016

Pemasangan kabel 9.000 km menghubungkan Jepang-AS. cnet.com
Kabel Jepang-AS Kapasitas 60 Terabit Per Detik Beroperasi

Kabel bawah laut Jepang-AS memiliki koneksi 10 juta kali lebih cepat dari kabel standar saat ini.