TEMPO Interaktif, Jakarta - Maraknya perangkat yang mampu menampilkan gambar tiga dimensi ternyata memiliki efek terhadap kesehatan. Sejumlah ilmuwan dari Eindhoven University di Belanda mengungkapkan tayangan tiga dimensi (3D) memicu distorsi otak sehingga mengakibatkan ketegangan pada mata, sakit kepala dan mual.
Dalam percobaannya, para peneliti meminta 39 orang melihat gambar tiga dimensi dan membaca teksnya di layar yang jaraknya 10 meter dari tempat mereka duduk. Hasilnya, tujuh dari 39 sukarelawan itu mengalami mual, mata tegang dan berkunang-kunang.
Penelitian tersebut kemudian ditindaklanjuti The Royal College of Opthalmologists, sebuah asosiasi dokter mata dan optik dengan cara mendalami efek menonton tayangan tiga dimensi terhadap mata dalam jangka panjang.
Mereka kemudian membagi dua teknologi tiga dimensi yang diterapkan pada televisi, yakni televisi tiga dimensi aktif dan pasif yang menampilkan gambar dengan cara berbeda. Pada televisi tiga dimensi aktif, pengguna membutuhkan kacamata khusus untuk menikmati tayangan tiga dimensi.
Kacamata ini mampu menghadirkan bloking gambar dengan cepat dan bergantian pada mata kiri dan kanan. Saking cepatnya, pengguna kacamata itu bahkan tidak menyadari perubahan kecepatan tampilan gambar itu. Dari situ terjadi sinkronisasi gambar antara televisi dengan kacamata melalui koneksi nirkabel. Ketika mata kanan dan kiri secara bergantian menerima sinyal berupa gambar yang cepat, otak kemudian memproses informasi tersebut dengan membuat 'gambaran tayangan'.
Adapun televisi dengan teknologi tiga dimensi pasif memiliki filter polarisasi khusus pada sehingga mampu membagi gambar untuk mata kiri dan kanan. Gambar yang ditayangkan secara bergantian dan cepat dapat dinikmati dengan kacamata tiga dimensi sederhana yang mirip seperti kacamata tiga dimensi yang biasa digunakan di bioskop.
Presiden The Royal College of Opthalmologists, John Lee mengatakan pada dasarnya tayangan tiga dimensi tidak merusak mata. "Tetapi jika ditonton secara berlebihan akan menimbulkan sakit kepala karena otot mata menjadi tegang," katanya.
Para ahli juga tidak menyarankan anak-anak di bawah usia delapan tahun untuk menyaksikan tayangan tiga dimensi karena otot mata mereka masih berkembang.
Dailymail|Rini K