Organisasi ilmiah yang telah berdiri lebih dari tiga abad dan beranggotakan sejumlah ilmuwan terkemuka dunia itu menyatakan, anak-anak kecil itu melaporkan temuan yang menyumbangkan kemajuan nyata dalam bidang visi pola dan warna serangga.
Bekerja sama dengan seorang neuroscientist dari University College London, anak-anak itu mendokumentasikan metodologi dan mendiskusikan data yang dikumpulkan dengan cermat. Kelompok itu melatih lebah untuk terbang menuju sasaran berbeda warna dengan memberi gula sebagai hadiah. Mereka melaporkan bahwa serangga itu mampu belajar dan mengingat petunjuk berdasarkan warna dan pola.
Studi itu berhasil lolos review para pakar meski presentasinya sedikit tak lazim. "Ilmuwan melakukan eksperimen pada binatang karena mereka mirip dengan manusia, tapi lebah sebenarnya bisa mirip manusia juga," demikian bunyi kalimat pembukanya. Laporan itu juga menampilkan diagram yang digambar dengan pensil warna.
Para ilmuwan menyatakan, sekalipun eksperimen para bocah itu sederhana dan minim analisis statistik, mereka dengan cerdik dan akurat mendesain dan mempertahankannya dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh para pakar. "Pelaku eksperimen menanyakan sebuah pertanyaan ilmiah dan menjawabnya dengan baik," kata Laurence Maloney dan Natalie Hempel, neuroscientist dalam komentar yang ditulis berdampingan dalam laporan anak-anak itu.
Beau Lotto, ilmuwan yang mengkoordinasi studi itu berharap proyek itu dapat menginspirasi banyak orang untuk memperlakukan sains dengan cara kreatif dan menyenangkan. "Kami menyukai lebah," kata anak-anak itu. "Sains itu asyik dan menyenangkan karena Anda harus melakukan sesuatu yang tak pernah dilakukan orang lain sebelumnya."
AP | TJANDRA