Eureka, untunglah ia ingat aplikasi Islamic Pocket Guide di BlackBerrynya. Sejurus kemudian ia menyalakan aplikasi itu untuk melihat penentu arah kiblat. Akhirnya, Tintin bisa salat dengan tenang. Aplikasi made in Indonesia itu telah "menyelamatkannya".
Aplikasi di telepon seluler, BlackBerry, atau iPhone mungkin banyak orang tak peduli. Namun, bagi sebagian orang, program mini itu bisa menjadi penolong yang ampuh. Tintin dengan aplikasi salatnya adalah contohnya. Banyak lagi aplikasi yang sangat berguna, salah satu contohnya adalah Jajanan. Dengan aplikasi ini, Anda dijamin tak "mati gaya" saat mentraktir teman. Anda akan mendapatkan info-info terbaru tentang deretan resto dan kafe, lengkap dengan lokasi dan ulasan dari orang-orang yang telah mencicipinya. Unduh di ponsel dan semua info itu pun terpampang di layar ponsel Anda. Layanan ini juga menyediakan informasi berapa jarak menuju resto tersebut.
Selain kafe dan resto, Urbanesia menyodorkan info tentang direktori tempat belanja, bengkel, hingga klinik 24 jam. "Saat ini Urbanesia telah menghimpun data 220 ribu bisnis di Jakarta," kata Batista Harahap, Chief Innovation Officer Urbanesia.
Setelah meluncurkan tiga aplikasi ponsel berbasis Android, di antaranya Jajanan dan Hotels Batavia, pemain baru dalam bisnis peranti lunak ponsel ini siap merambah pasar kelas menengah ke bawah pada 2011. "Tahun depan kami akan lebih agresif," kata Batista. "Kami akan menerbitkan sejumlah aplikasi baru yang kecil-kecil, bukan aplikasi dengan banyak fitur seperti sebelumnya."
Indonesia, dengan pengguna ponsel mencapai 160 juta orang, memang pasar besar untuk aplikasi. Para programmer Indonesia telah belajar dari kesuksesan Apple Inc menjual aplikasi dan lagu lewat iTunes.com untuk pemutar musik iPod dan ponsel iPhone. Hingga pertengahan 2010, Apple telah menjual 4 miliar lagu dan aplikasi lewat toko di dunia maya, iTunes.com. Kalau setiap lagu atau software dijual seharga US$ 0,99, Apple mengeruk pendapatan US$ 3,96 miliar (Rp 35,6 triliun) hanya dari aplikasi dan lagu. Dari penjualan itu, seperempatnya disumbang oleh penjualan aplikasi.
ITunes telah melahirkan orang-orang kaya baru. Jaakko Iisalo adalah salah satunya. Iisalo adalah penemu game Angry Birds, yang kini menjadi game terpopuler di iPad dan Android. Namanya harum di majalah Time. Game Angry Birds terjual 12 juta di iTunes, yang dijual seharga US$ 4,99. Artinya, Iisalo dan kawan-kawan "berpesta" dan mengantongi Rp 538 miliar.
Padahal Iisalo sebelumnya tak dikenal orang. Dia hanya maniak game di perusahaan asal Finlandia, Rovio. Tahun lalu ia mencoret-coret konsep game tentang burung yang marah karena telurnya diambil babi-babi nakal. Game si Burung Marah ternyata laku keras.
Sukses para pembuat aplikasi di iTunes.com itu yang membuat sejumlah programmer Indonesia tergiur. Veelabs dan Better Bee (PT Diantara Kode Digital) adalah salah satunya. Keduanya bahkan telah menjadi "pemasok" aplikasi untuk BlackBerry (BB).
Better Bee, yang didirikan dua tahun lalu di Jakarta, misalnya, telah mengantongi lisensi Research In Motion (RIM), produsen BB, dan membuat 25 peranti lunak bagi pabrikan asal Kanada itu. Meski sempat dicuekin, Better Bee kini menangguk tak kurang dari Rp 600 juta dari penjualan peranti lunak setiap bulan.
Keuntungan besar yang ditawarkan bisnis ini tentunya mengundang kompetisi. Meski telah berpengalaman selama 12 tahun, Veelabs, pionir teknologi online di Indonesia, terus berbenah diri, mengembangkan aplikasi yang mampu bersaing dengan pemain lama maupun baru yang tumbuh subur dalam bisnis aplikasi mobile.
Potensi bisnis aplikasi mobile, khususnya BlackBerry di Indonesia, kata Ajeng Resti Lusita, staf pemasaran Veelabs, sangat luar biasa. "Melihat perkembangan teknologi mobile yang luar biasa, Veelabs mengambil langkah lebih maju sebagai pengembang aplikasi mobile, terutama untuk platform BlackBerry, iPhone, dan segera menyusul Android," kata Ajeng.
Kian ramainya perangkat berbasis Android saat ini juga memancing operator ikut bermain. PT Indosat Mega Media (IM2), misalnya, membuka gerai aplikasi sendiri, i-Store. Tak kurang dari 250 aplikasi ditawarkan, baik game maupun aplikasi utilitas.
IM2 menargetkan tahun depan mampu menjaring lebih dari 10 ribu aplikasi dan 1.000 pengembang Android. Perusahaan itu juga bakal menggandeng unit bisnis layanan mobile advertising Google, Admob.
TJANDRA DEWI | DIAN YULIASTUTI