Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Masdar, Mimpi Kota tanpa Polusi

image-gnews
Masdar, Abu Dhabi, kota yang memanfaatkan energi ramah lingkungan.
Masdar, Abu Dhabi, kota yang memanfaatkan energi ramah lingkungan.
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Meja-meja bertutup kain putih setinggi dada itu ditata di halaman tengah Institut Ilmu dan Teknologi Masdar di Kota Masdar, Abu Dhabi. Pohon palem setinggi dua meter dengan hiasan air mancur di sekelilingnya lebih meneduhkan suhu gurun yang sedang ramah, sekitar 26 derajat Celsius. Mahasiswa dan pengunjung Institut Masdar biasa meluangkan waktu untuk sekadar bersantap atau berdiskusi di sini. "Kami lebih rileks, tapi tidak mengurangi keseriusan saat berdiskusi di halaman ini," kata Mahmud Adam, peneliti dari Bahrain, kepada Tempo, Selasa dua pekan lalu.

Institut Masdar adalah salah satu contoh bangunan yang sudah selesai dibangun di kompleks kota seluas enam kilometer persegi yang dikelilingi dinding itu. Tembok bangunan yang mengelilingi halaman didominasi warna merah tanah. Bahannya terbuat dari tanah liat produksi lokal--untuk mengurangi emisi karbon--dibentuk menyerupai terakota dengan kisi-kisi bergelombang. Nuansa bangunan tradisional Arab dari tabir Mashrabiya sangat kental.

Struktur utama bangunan tetap menggunakan beton. Di sinilah, menurut Jurgen Happ, arsitek dari Kantor Foster + Partner, kantor arsitektur asal Inggris yang bertanggung jawab merancang "kota hijau di padang gurun" ini, gaya bangunan kuno dipadukan dengan kecanggihan teknologi. "Kami mendesain sebuah kota modern tanpa mengesampingkan tradisi. Karena dua-duanya sama pentingnya," kata Happ.

Dinding bagian lainnya berwarna perak, yang berasal dari plastik bening kuat, dikenal dengan nama ethylene-tetrafluoroethylene. Panel fotovolatik yang berfungsi menangkap energi cahaya matahari untuk kemudian diubah menjadi energi listrik--yang dijalarkan melalui saluran di dalam dinding untuk memfungsikan semua peralatan listrik di gedung tersebut--dipasang di atap bangunan. Ketika matahari bersinar terang, atap pun terlihat lebih bersinar.

Inilah bangunan Institut Masdar, yang mulai dioperasikan sejak September 2009. Di perguruan tinggi itu nantinya akan ditempatkan pusat penelitian pengembangan energi alternatif yang berkesinambungan. Di sekitar lokasi institut, proyek pembangunan gedung-gedung lain masih terus berlangsung.

Bangunan Institut Masdar merupakan salah satu bagian dari megaproyek Kota Masdar--masdar artinya sumber. Sebuah proyek dengan tujuan mewujudkan kota bebas emisi dan karbon pertama di dunia, menerapkan energi terbarukan dan teknologi ramah lingkungan.

Kota teknologi tinggi ramah lingkungan itu dirancang dan dibangun Foster + Partners, yang didirikan Sir Norman Foster. Biro arsitek kenamaan dari Inggris itu juga membangun beberapa tetenger dunia seperti gedung pencakar langit yang menjadi bagian dari pembangunan kembali World Trade Center, New York; Bandar Udara Beijing, lapangan udara terbesar di dunia; Al-Raha Beach, pusat perdagangan dunia di Abu Dhabi. Biro ini, bersama perusahaan di Amerika Serikat, mewujudkan bandar ruang angkasa pertama di dunia yang terletak di New Meksiko, pelabuhan futuristik yang akan difungsikan untuk menerbangkan turis ke ruang angkasa.

Biro arsitek ini bekerja sama dengan 500 pakar berbagai bidang dari seluruh dunia. Proyek kota yang dibangun di lokasi yang berjarak 17 kilometer dari Kota Abu Dhabi ini mulai digarap sejak 2008 dengan ide kota tanpa emisi karbon, yang dibangun di gurun tanpa binatang dan tumbuhan serta berdekatan dengan laut yang polutif. "Sangat ambisius," kata Gerard Evenden, mitra senior Foster. Kontraktornya adalah Abu Dhabi Future Energy Company, anak perusahaan Mubadala Development Company, yang sahamnya dikuasai penuh pemerintah Abu Dhabi.

Pengerjaan proyek dijalankan tanpa menggunakan bahan bakar fosil atau minyak bumi, sehingga mengurangi emisi, yang dapat menyebabkan efek rumah kaca. Di sekeliling kota akan dibangun tembok untuk menjaga kota dari panasnya tiupan angin gurun. Di jalanan kota akan ditempatkan cerobong yang memungkinkan mengalirnya udara sejuk untuk menaklukkan panas gurun yang mencapai 50 derajat Celsius pada musim panas.

"Pohon elektrik", yang berbentuk seperti batang dan dilengkapi baling-baling, akan dipasang di sekeliling kota. Dari "pohon-pohon" itu bisa dihasilkan energi 20 megawatt. Perkebunan fotovolatik atau sel surya yang merupakan pembangkit listrik tenaga matahari berkekuatan 40 sampai 60 megawatt akan dibangun di beberapa tempat. "Dari pembangkit-pembangkit inilah nanti kebutuhan listrik di Masdar akan disuplai," kata Direktur Kota Masdar, Alan Frost.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setiap bangunan yang ada di kota ini dirancang minim penggunaan energi, termasuk kemungkinan dapat mendaur ulang air dan pemasangan panel tenaga surya di atap. Rancangannya, tak ada sumber energi yang terbuang di kota ini. Bahkan alat penampung embun, dan sensor elektronik pemantau kebocoran pipa, akan dipasang di beberapa sudut kota.
Kebutuhan air dipenuhi dari proses desalinasi air laut bertenaga surya-daerah ini memang tidak memiliki sumber air. Penggunaan air oleh penduduk ditekan hingga 60 persen dari kebutuhan rata-rata sebuah kota. Sebanyak 90 persen air yang digunakan bisa didaur ulang untuk menyiram taman kota.

Sampah yang ada di kota ini akan ditekan hingga nol persen alias kota yang tak menghasilkan sampah. Sampah organik digunakan untuk membuat pupuk dan bahan bakar pembangkit listrik. Sedangkan sampah industri berupa plastik dan besi akan didaur ulang.

Rencananya, di kota dengan luas enam kilometer persegi ini, kendaraan dalam kota akan dilarang beroperasi. Sebagai gantinya tengah dikembangkan kendaraan elektrik bernama personal rapid transit (PRT), mirip mobil Karimun tapi bertenaga baterai, dengan daya tampung enam orang. Mobil ini menggunakan sistem seperti kereta api, dengan rel yang menjangkau seluruh kota dengan sekitar 1.500 stasiun.

Proyek gigantik yang menelan biaya US$ 22 miliar atau sekitar Rp 190 triliun ini rencananya baru akan rampung pada 2021. Setelah gedung Institut Masdar, ditargetkan pada 2013 perkantoran sudah bisa mulai beroperasi. Berikutnya, pada 2015, delapan ribu warga dan sekitar 12 ribu orang komuter akan meramaikan kota yang oleh New York Times disebut "tempat bermain futuristik bagi orang berada" itu.

Dengan konsep serba spektakuler itu, tak mengherankan bila banyak perusahaan besar tertarik menanamkan investasi. General Electric salah satunya. Perusahaan raksasa asal Amerika Serikat itu membuka pusat ecomagination, tempat pengembangan produk ramah lingkungan. "Kami mendukung pengembangan produk energi yang efisien dan akan mendorong konservasi energi di Masdar," kata Nabil Habayeb, Presiden Direktur GE untuk Afrika dan Timur Tengah.

Untuk proyek ambisius itu, tak hanya decak kagum yang terkirim, tapi juga kritik. Cukup banyak pendapat skeptis atas proyek hijau di tengah negara dengan konsumsi dan pemborosan energi yang termasuk terbesar di dunia. Bagi arsitek dari Institut Teknologi Bandung, Ridwan Kamil, pengembangan Masdar sebagai kota peradaban baru masih sebatas teori dan mimpi. Dari sisi konsep tidak ada yang baru. Hanya karena dukungan modal kuat, program itu bisa dilaksanakan. Bahkan konsep ini pernah dicoba di salah satu kota di Cina, tapi gagal.

Menurut arsitek yang biasa disapa Emil ini, sebuah peradaban kota tidak bisa dibangun dengan hanya bermodal ekonomi yang kuat, melainkan juga dengan akar sosial budaya masyarakat setempat. Ini sulit dilakukan di Masdar, mengingat enam puluh persen penduduk di sana orang asing. "Saya pesimistis proyek Masdar ini akan berhasil," kata Emil.

Erwin Daryanto (Masdar, Abu Dhabi)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

21 hari lalu

Ilustrasi stroke. healthline.com
Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.


Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

36 hari lalu

Alat pemantau polusi udara Birulangit yang dipasang di Telkom University Bandung. Dok. Tel-U
Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)


Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

38 hari lalu

Kandungan mikroplastik dari hasil penelitian atas tiga merek air mineral dalam kemasan saat diteliti di laboratorium FMIPA-Universitas Indonesia, Depok, Rabu (14/3). (foto: TEMPO/ Gunawan Wicaksono)
Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

Studi atas tumpukan plak di pembuluh darah pasien rumah sakit di Italia mendapati kandungan mikroplastik yang sangat jelas di bawah mikroskop.


Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

39 hari lalu

Pada Minggu 3 Maret 2024, Kementerian Perhubungan RI meresmikan pengoperasian BISKITA Trans Bekasi Patriot, yang diharapkan menjadi transportasi bus umum yang solutif di wilayah Bekasi. sumber: Suci Sekar/Tempo
Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

Kementerian Perhubungan secara bertahap sejak 2020 meluncurkan angkutan massal dengan sistem Buy the Service (BTS). Kurangi polusi udara dan kemacetan


Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

40 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

Udara Jakarta memburuk menjelang libur panjang akhir pekan. Merujuk data IQAir, kualitas udara Jakarta terburuk ke-10 dari kota besar di dunia.


Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

20 Februari 2024

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.


Bangkok Polusi Udara Parah, Pegawai Diminta Kerja dari Rumah

15 Februari 2024

Grand Palace Bangkok, Thailand (Pixabay)
Bangkok Polusi Udara Parah, Pegawai Diminta Kerja dari Rumah

Polusi udara parah melanda Bangkok, ibu kota Thailand. Pegawai pun diminta kerja dari rumah.


Survei Sebut Mayoritas Warga Jakarta Setuju Tilang Uji Emisi Diberlakukan

4 Februari 2024

Ilustrasi uji emisi. TEMPO/Febri Angga Palguna
Survei Sebut Mayoritas Warga Jakarta Setuju Tilang Uji Emisi Diberlakukan

Survei yang dilakukan Populix mengungkapkan bahwa mayoritas warga Jakarta setuju jika sanksi tilang uji emisi diberlakukan.


DKI Tambah 9 Stasiun Pemantau Kualitas Udara, Pengusaha Diminta Beli Water Mist

26 Januari 2024

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono usai meninjau Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Jumat 26 Januari 2024. Ada seluruhnya sembilan unit SPKU baru hasil pengadaan 2023 yang menambah jaringan lima stasiun yang sudah ada sejak 2011. ANTARA/Syaiful Hakim
DKI Tambah 9 Stasiun Pemantau Kualitas Udara, Pengusaha Diminta Beli Water Mist

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menambah jumlah Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) yang ada di wilayahnya.


DKI Ingin Tambah Zona Rendah Emisi, Klaim Tebet Eco Park dan Kota Tua Sukses Tekan Polusi

21 Januari 2024

Pantauan udara jembatan Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, Kamis, 13 Juli 2023. Tebet Eco Park kembali meraih penghargaan bergengsi bertaraf internasional yakni President's Design Award Singapore. Taman yang dibangun pada era kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu memenangkan Design of The Year 2023. Sebelumnya, Tebet Eco Park juga memenangkan Semec Gold Award dan Singapore Landscape Architecture Awards (SILA) pada 12 Desember 2022 lalu. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
DKI Ingin Tambah Zona Rendah Emisi, Klaim Tebet Eco Park dan Kota Tua Sukses Tekan Polusi

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengkaji lokasi lain yang akan dijadikan zona rendah emisi menyusul Tebet Eco Park dan Kota Tua