Dalam perjalanannya menuju ruang antarbintang sekitar 17,4 miliar kilometer dari matahari, Voyager 1 menyeberang ke dalam sebuah daerah yang kecepatan plasma atau gas terionisasi panas dari matahari melambat hingga nol (heliopause). Para ilmuwan menduga angin solar itu telah berbelok arah karena tekanan dari angin interstellar di wilayah antarbintang.
Peristiwa itu adalah sebuah tonggak bersejarah penting dalam perjalanan Voyager 1 menembus heliosheath, cangkang turbulen terluar dari lingkaran pengaruh matahari. Itu berarti tak lama lagi wahana tersebut akan pergi meninggalkan tata surya. "Angin surya itu kini telah berbalik arah," kata Edward Stone, ilmuwan proyek Voyager di California Institute of Technology di Pasadena, California. "Voyager 1 makin dekat dengan ruang antarbintang."
Matahari menyemburkan arus partikel bermuatan membentuk sebuah gelembung yang disebut heliosphere di sekeliling tata surya kita. Angin surya bergerak pada kecepatan supersonik hingga melewati sebuah gelombang kejut yang disebut termination shock. Pada titik tersebut, kecepatan angin surya akan menurun drastis dan memanas dalam heliosheath.
Diluncurkan pada 5 September 1977, Voyager 1 melintasi guncangan perbatasan itu pada Desember 2004 sebelum memasuki heliosheath. Para ilmuwan menggunakan data dari instrumen partikel bermuatan energi rendah pada wahana itu untuk menyimpulkan kecepatan angin surya. Ketika kecepatan partikel bermuatan yang menghantam bagian luar Voyager 1 menyamai kecepatan wahana antariksa itu, para ilmuwan tahu bahwa kecepatan angin surya tersebut nol.
Peristiwa tersebut sebenarnya terjadi pada Juni tahun lalu, ketika Voyager 1 berada sekitar 17 miliar kilometer dari matahari. Namun para ilmuwan ingin memastikan hal itu sebelum mereka yakin kecepatan angin surya ke arah luar melambat hingga nol karena kecepatan dapat berfluktuasi. Selama 4 bulan berikutnya, mereka mengawasi data bulanan yang dikirim oleh Voyager 1.
Analisis data menunjukkan kecepatan angin surya terus melambat sekitar 20 kilometer per detik setiap tahun sejak Agustus 2007, ketika kecepatan angin surya masih 60 kilometer per detik. Kecepatan semburan angin surya ke arah luar tetap di titik nol sejak Juni 2010.
Hasil analisis itu disajikan dalam pertemuan American Geophysical Union di San Francisco, Desember tahun lalu. "Ketika saya menyadari bahwa kami benar-benar memperoleh angka nol yang solid, saya amat takjub," kata Rob Decker, peneliti instrumen partikel bermuatan energi rendah Voyager dan staf ilmuwan senior di Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins University di Laurel, Maryland. "Voyager, wahana yang telah bekerja keras seperti kuda beban selama 33 tahun, memperlihatkan kepada kita sesuatu yang benar-benar baru."
Para ilmuwan yakin Voyager 1 belumlah melintasi heliosheath dan memasuki ruang antarbintang. Menyeberang ke ruang antarbintang berarti menghadapi merosotnya densitas partikel panas secara mendadak dan peningkatan kerapatan partikel dingin.
Para ilmuwan memasukkan data tersebut ke dalam pemodelan struktur heliosphere dan seharusnya dapat memperkirakan dengan lebih baik kapan Voyager 1 akan mencapai ruang antarbintang. Belum lama ini para peneliti memperkirakan wahana antariksa buatan Jet Propulsion Laboratory, NASA, di Pasadena, California, itu akan menyeberangi perbatasan itu dalam 4 tahun. "Voyager 1 memberikan fakta yang melengkapi hasil penaksiran itu," kata Tom Krimigis, peneliti utama yang menangani instrumen partikel bermuatan energi rendah, yang berkantor di Laboratorium Fisika Terapan dan Academy of Athens, Yunani. "Sekali lagi, kami menghadapi kemungkinan mengulang kembali pemodelan kami."
Selain Voyager 1, NASA mengerahkan saudaranya, Voyager 2, yang diluncurkan pada 20 Agustus 1977, untuk menjelajahi antariksa. Pesawat antariksa itu kini telah mencapai posisi 14,2 miliar kilometer dari matahari. Kedua wahana itu kini bergerak menempuh lintasan berbeda dan pada kecepatan yang berlainan pula. Voyager 1 bergerak lebih cepat, pada kecepatan 17 kilometer per detik, sedangkan Voyager 2 hanya bergerak 15 kilometer per detik. Dalam beberapa tahun mendatang, para ilmuwan berharap Voyager 2 akan mengalami fenomena yang sama seperti kakaknya. |
JPL NASA | AP | TJANDRA DEWI