Menurutnya, dengan berkontemplasi tentang alam semesta, kita bisa menemukan tanda-tanda keberadaan Sang Pencipta, yaitu kreativitas tanpa batas milik Tuhan.
Paus Benediktus, juga pendahulunya, Paus Yohannes Paulus, berupaya menghapus citra bahwa gereja bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Label ini telah melekat sejak Abad XVI saat Gereja mengeksekusi Galileo Galilei akibat menyatakan Bumi berputar mengelilingi Matahari. Teori ini dianggap bertentangan dengan ajaran Gereja yang menyatakan Bumi adalah pusat Tata Surya.
Saat ini Gereja tidak lagi mengajarkan "Penciptaan", yang menyatakan dunia diciptakan dalam enam hari. November lalu, Paus Benediktus juga mendukung penggunaan kondom. Ini berbeda dengan pandangan lama Gereja yang menentang pengaturan kehamilan.
Pernyataan terbaru ini "mengakomodasi" teori Ledakan Besar, yang melahirkan alam semesta 13,7 miliar tahun silam. Fisikawan Stephen Hawking, lewat bukunya yang terbit tahun lalu Grand Design menyatakan Tuhan bukan pencipta alam semesta.
Paus menolak pandangan itu. "Mereka hanya benar di titik tertentu, dan tidak mampu menjelaskan realita sepenuhnya," katanya. "Dalam keindahan, misteri, kebesaran, dan rasionalitas dunia, kita hanya bisa pasrah di jalan Tuhan, Pencipta Langit dan Bumi".
REUTERS | REZA M