Pemenang Nobel Perdamaian 2007, Al Gore, menjadi pelatih pada hari kedua. The Climate Project adalah program kepemimpinan yang dicanangkan oleh mantan Wakil Presiden Amerika Serikat itu. "Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada The Climate Project-Indonesia," kata Sabrina.
Manajer The Climate Project-Indonesia Amanda Katili mengaku bangga dengan peserta yang diseleksi dari 1.200 pelamar. Dia berharap Pertemuan Puncak ini mampu mendorong dialog mengenai solusi krisis perubahan iklim dengan mempertimbangkan nilai-nilai tradisional seiring dengan teknologi modern.
Pertemuan Puncak ini didukung para kontributor antara lain Panasonic Gobel Indonesia, Unilever Indonesia, Bank BNI, Bank Syariah Mandiri dan The Body Shop. Peserta dari Indonesia berasal dari beragam profesi, antara lain Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, Kementrian Lingkungan Hidup Arief Yuwono, Direktur Jenderal Tata Ruang, Kementrian Pekerjaan Umum Imam S Emawi, Chairman The Body Shop Indonesia Suzi K Hutomo, Direktur Human Resources Unilever Josef Bataona, Deputy General Manager Bank BNI Asoka Wardhana, Lula Kamal, dan Valerina Daniel.
Ketika memberi pelatihan, Al Gore mempresentasikan lebih dari 400 slide mengenai fakta-fakta ilmiah pemanasan global hingga dampaknya yang terjadi di banyak tempat di dunia. Paparannya ini lebih luas dan terbaru dari bukunya yang terkenal An Inconvenient Truth, terbitan tahun 2007.
Pada sesi siang hingga petang, Al Gore menyajikan slide bagaimana mengurangi polusi serta transisi menuju solusi energi bersih. Penyajiannya ini banyak didasarkan pada bukunya yang terbit tahun lalu bertajuk Our Choice: A Plan to Solve the Climate Crisis.
Menurut Al Gore, pendidikan mengenai perubahan iklim adalah hal yang sangat penting bagi masyarakat di wilayah Asia Pasifik. "Banyak orang yang harus menghadapi risiko yang sangat tinggi sehingga harus meninggalkan tempat mereka tinggal dalam beberapa dekade mendatang," katanya kepada 350 peserta dari Indonesia Australia, Timor Leste, Cina, India, Pakistan, Filipina dan Kepulauan Solomon.
Al Gore berharap TCP Presenter -- peserta yang sudah dilatih langsung olehnya -- mampu membantu memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat untuk mengambil peran aktif di komunitas masing-masing dalam mencari solusi bagi krisis perubahan iklim.
Untuk memberi pemahaman tentang basis ilmiah kepada peserta, pelatih di hari pertama adalah Dr. Henry Pollack, Profesor Geofisika dari University of Michigan. Buku terbaru dari Pollack (penasehat sains TCP) berjudul A World Without Ice, dipertimbangkan sebagai pemenang The Royal Society Prize untuk kategori Science Books pada tahun 2010.
Para peserta juga mendapat informasi dari Agus Purnomo, Asisten Khusus Presiden RI untuk Isu-Isu Perubahan Iklim tentang perjanjian internasional. Termasuk hasil Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Cancun, Mexico, Desember lalu dan harapan bagi konferensi selanjutnya di Cape Town, Afrika Selatan akhir tahun 2011.
Untuk memberi bekal sebagai presenter atau juru kampanye, peserta mendapat latihan tentang teknik dan psikologi komunikasi serta memanfaatkan media. Pelatih untuk tema ini adalah Anthony Wilson (Direktur Executive Influence) dan Wimar Witoelar (Chairman Intermatrix Communications) Sementara Oliver MacColl memberi materi yang merujuk pada Camp Obama Narrative Skills, kampanye Barrack Obama menuju kursi presiden dengan memobilisasi relawan.
"Para relawan yang mengikuti pelatihan ini akan kembali ke komunitas mereka dan memimpin upaya menanggulangi perubahan iklim," ujar Maggie L. Fox, Presiden sekaligus CEO dari Alliance for Climate Protection yang hadir di Jakarta.
Menurut Maggie, para relawan The Climate Project yang jumlahnya ribuan orang di seluruh dunia terlibat dalam usaha mendidik komunitas di negara masing-masing mengenai keadaan yang sedang dihadapi. Dalam melaksanakan tugasnya, relawan The Climate Project bekerja sama dengan relawan lain di seluruh dunia.
Di wilayah Asia Pasifik, terdapat 900 orang yang telah sebelumnya dilatih oleh Al Gore sebagai relawan The Climate Project. Bersama-sama, para relawan ini telah memberikan 1.733 presentasi perubahan iklim, dan mencakup 119.000 orang peserta presentasi.
UNTUNG WIDYANTO