Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Metoda Menentukan Kepler-10b Planet Batu  

image-gnews
Foto ilustrasi: NASA
Foto ilustrasi: NASA
Iklan

TEMPO Interaktif, Washington - Meski teleskop antariksa Kepler baru saja menemukan  Kepler-10b, planet terkecil di luar tata surya, para ilmuwan di badan antariksa Amerika (NASA) dapat memastikan bahwa komposisi planet itu tersusun dari lapisan batuan keras sama seperti bumi.

Mereka bisa mengetahui material penyusun Kepler-10b karena sudah terlebih dulu mengetahui bintang yang menjadi inang planet itu. Begitu mengetahui sinyal planet tersebut pada 2009, mereka langsung melatih Kepler Space Telescope untuk memantau bintang yang dikelilingi Kepler-10b, sekitar 560 tahun cahaya dari bumi.

Ilmuwan NASA, Natalie Batalha, melakukan pengukuran mendetail tentang osilasi kecemerlangan bintang tersebut, dan menggunakan informasi itu untuk mengusut bagian dalamnya, seperti ahli geologi menggunakan gempa bumi untuk mempelajari isi perut planet ini. Metode ini, yang disebut asteroseismologi, memungkinkan ilmuwan mempelajari banyak hal tentang struktur bintang, termasuk ukurannya. Begitu informasi itu ada di tangan, para ilmuwan dapat memakainya untuk menghitung besar dan kerapatan Kepler-10b.

Kini tim Batalha mengetahui ukuran bintang induk Kepler-10b sekitar 2-6 persen. Teleskop Kepler menemukan planet itu ketika mengelilingi bintangnya, dan merekam kilauan yang terjadi. Magnitude kecemerlangan yang timbul tenggelam itu turun sekitar 0,015 persen, dan memberi tahu para ilmuwan berapa besar planet itu dibandingkan dengan bintang induknya.

Dari data itu mreka mengetahui densitas Kepler-10b sekitar 8,8 gram per sentimeter kubik, yang menempatkan planet baru itu dalam kategori planet batu, sama seperti bumi. "Kepler-10b adalah exoplanet terkecil yang pernah ditemukan hingga saat ini, dan planet batu pertama yang mengorbit bintang di luar tata surya kita," kata Batalha. 
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski mirip bumi, kemungkinan besar tak ada kehidupan di planet itu karena temperaturnya terlalu panas. Salah satu sisi planet itu mencapai 2.700 derajat Fahrenheit atau hampir 1.500 derajat Celsius. Planet itu sangat panas karena letaknya 20 kali lebih dekat dengan bintangnya dibandingkan jarak Merkurius ke matahari.

Planet itu diberi nama Kepler-10b, diambil dari nama teleskop yang menemukannya. NASA , mengatakan besar planet itu 1,4 kali ukuran bumi dan mempunyai massa 4,5 kali massa planet kita. Sebelumnya, para astronom telah menemukan planet lain di luar tata surya yang mempunyai massa mirip bumi, tapi tak ada yang sekecil ini.

AP | SPACE | TJANDRA
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

12 hari lalu

Petugas Kantor Kemenag Kota Sabang melakukan pemantauan hilal di Tugu Kilometer Nol Indonesia, Kota Sabang, Aceh, Minggu, 10 Maret 2024. Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 ANTARA/Khalis Surry
Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

Awal Syawal atau hari Lebaran 2024 diperkirakan akan seragam pada Rabu, 10 April 2024. Berikut ini penjelasan astronom BRIN soal posisi hilal terkini.


Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

18 hari lalu

Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles
Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

Kondisi cuaca, polusi cahaya, dan sempitnya durasi bisa menghambat pengamatan Komet Setan.


Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

18 hari lalu

Pemandangan lintasan meteor di langit malam selama hujan meteor tahunan Perseid di Taman Nasional Shebenik, di Fushe Stude, Albania, 13 Agustus 2023. REUTERS/Florion Goga
Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

Sejumlah fenomena astronomi langka bakal terjadi sepanjang April 2024. Ada hujan meteor, gerhana matahari total, sampai okultasi bintang Antares.


Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

19 hari lalu

Gambaran orbit elips komet 12P/Pons-Brooks yang akan melontarkan 'komet setan' itu mengelilingi matahari pada 2024. Foto: SpaceReference.org
Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.


Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

2 Februari 2024

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.


Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

6 Januari 2024

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.


Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

5 Desember 2023

Hujan meteor Geminid. (nasa.gov)
Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

Beberapa fenomena astronomi mewarnai langit malam Desember 2023.


Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

4 Oktober 2023

Gerhana Bulan terlihat di Bangkok, Thailand, 8 November 2022. REUTERS/Athit Perawongmetha
Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

Gerhana bulan akan terjadi pada Ahad dini hari, 29 Oktober 2023.


Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

6 September 2023

Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023. Dok. Puspresnas
Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

DKI Jakarta meraih juara umum pada Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023 dengan total 71 medali.


Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

4 September 2023

Dzaky Radiansyah bersama medali perak yang diraihnya di International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOOA) ke-16 2023. Foto: Pribadi
Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

Dzaky mengaku menyukai astronomi sejak kelas 3 SMP.