Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Inspirasi Tuan Gore Atasi Krisis Iklim  

image-gnews
William Kamkwamba. Foto:inhabitat.com
William Kamkwamba. Foto:inhabitat.com
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - William Kamkwamba memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di Wimbe, kota di Malawi untuk menjadi kincir angin. Remaja berusia 14 tahun--yang putus sekolah karena orang tuanya tidak mampu--itu mendapat inspirasi setelah membaca buku Exploring Physics di perpustakaan.

Manusia membutuhkan teknologi, kata Kamkwamba, tapi mereka tidak dapat menggunakannya tanpa listrik. "Saya berencana memberi listrik yang dapat diandalkan," ujarnya. Upaya yang dilakukannya pada 2003 itu memberikan inspirasi bagi warga Malawi dan menjadi simbol inovasi akar rumput di Afrika. Dia diminta bicara di berbagai forum dan melanjutkan sekolah lagi di African Leadership Academy di Johannesburg.

Foto Kamkwamba dengan kincir angin dan cerita singkatnya dipaparkan Al Gore pada acara The Climate Project Asia-Pacific Summit di Jakarta, Ahad pekan lalu. Sejak pagi hingga petang mantan Wakil Presiden Amerika Serikat ini menjadi "guru dan pembangkit inspirasi" bagi 300 peserta dari 21 negara di Asia-Pasifik.

Menurut Al Gore, saat ini tenaga angin menjadi sumber listrik yang paling populer di dunia. Dari semua sumber energi yang dapat diperbarui, tenaga anginlah yang paling murah, serta teknologinya paling matang dan kompetitif.
Selain angin, pemenang Nobel Perdamaian 2007 ini mengulas sumber energi yang dapat diperbarui lainnya, seperti tenaga matahari, panas bumi, biofuel, penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and sequestration), serta teknologi nuklir.

Solusi menghadapi perubahan iklim memang jadi fokus presentasi Al Gore pada sesi siang hari. Paparannya ini banyak merujuk pada bukunya yang terbit tahun lalu, yang bertajuk Our Choice: A Plan to Solve the Climate Crisis.

"Kita dapat mengatasi krisis iklim," kata Al Gore. Memang upaya itu tidak mudah. "Tetapi, kalau kita memilih untuk mengatasinya, saya tidak ragu sedikit pun bahwa kita mampu dan akan berhasil mengatasinya," ujar Gore yang membentuk The Climate Project sebagai program kepemimpinan.
Pada sesi pagi, dia memaparkan informasi dasar pemanasan global dan dampak perubahan iklim. Sekitar 200 slide dia tampilkan untuk menjelaskan masalah ini. Slide itu menampilkan data dan grafis mengenai tema ini. Salah satunya mengenai data deforestasi (penggundulan hutan) di Indonesia. Puluhan foto mengenai bencana akibat iklim di berbagai dunia dia tampilkan, termasuk banjir bandang di Jakarta pada 2007.
"Basis ilmiah dari paparan Al Gore kini lebih banyak," kata Armi Susandi, dosen ITB, yang pernah mengikuti acara The Climate Project di Melbourne pada 2009 dan di Nashville pada 2010.

Memang, satu hari sebelum Al Gore tampil, peserta mendapat masukan dari Dr Henry Pollack, profesor geofisika dari University of Michigan dan penasihat sains The Climate Project. Buku terbaru Pollack, yang berjudul A World Without Ice, dipertimbangkan sebagai pemenang The Royal Society Prize untuk kategori Science Books pada 2010.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, seperti presentasi sebelumnya, Al Gore menghindar dari paparan dan pertanyaan yang menyangkut kebijakan iklim pemerintah Amerika Serikat. Negara Abang Sam menolak Protokol Kyoto dan menjadi salah satu pihak yang mengganjal perjanjian internasional untuk mengurangi emisi secara signifikan.
Agus Justianto, Direktur Bina Rencana Pemanfaatan dan Usaha Kawasan, Kementerian Kehutanan, menjelaskan, presentasi Al Gore harus dicermati kembali untuk disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Termasuk, kata dia, data tentang negara pengemisi gas rumah kaca terbesar di dunia yang bisa menyesatkan. "Kalau mau fair, seharusnya dihitung emisi per kapita," kata Agus, yang mengikuti acara The Climate Project di Melbourne, Nashville, dan Jakarta.
Terlepas dari kelemahan ini, kehadiran Al Gore di Jakarta membangkitkan semangat 300 peserta yang selama tiga hari mengikuti The Climate Project Asia-Pacific Summit.

Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Arief Yuwono, yang menjadi peserta, berencana menggerakkan jaringan di akar rumput untuk sama-sama menghadapi dampak perubahan iklim.

Komitmen serupa disampaikan peserta lain, seperti Imam S. Ernawi (Direktur Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum), Suzi K. Hutomo (CEO of The Body Shop Indonesia), dan Josef Bataona, Direktur Sumber Daya Manusia Unilever Indonesia. "Dimulai dengan langkah kecil, bersama-sama kita akan membawa perubahan besar," kata Josef.

Al Gore, dalam bukunya Our Choice, memang menjelaskan bahwa salah satu modal yang belum ada untuk mengatasi masalah iklim adalah kehendak kolektif. Dia mengutip peribahasa Afrika, "Kalau mau pergi dengan cepat, pergilah sendiri. Kalau mau pergi jauh, pergilah bersama."
UNTUNG WIDYANTO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

3 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

6 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

7 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

7 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

12 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

18 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.


Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

21 hari lalu

Ilustrasi hujan. REUTERS
Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.


Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

24 hari lalu

Billy Joe Armstrong dari Green Day tampil membawakan lagu
Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco


Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

30 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.


Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

36 hari lalu

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengecek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Senin (18/3/2024), yang direncanakan menjadi lokasi upacara HUT Ke-79 RI pada 17 Agustus 2024. ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan RI.
Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.