Simposium yang diselenggarakan Humanitus Foundation -- lembaga swadaya masyarakat non-politik, non-agama yang berpusat di Australia -- memang
dalam rangka peringatan lima tahun semburan lumpur yang terjadi setelah PT
Lapindo Brantas melakukan pengeboran migas di Desa Renokenongo.
Kemarin, para pembicara dan peserta mengunjungi lokasi semburan dan muara
Kali Porong. "Simposium ini tahap awal kami membantu pemerintah Indonesia
menangani bencana di Sidoarjo," kata Direktur Eksekutif Humanitus, Jeffrey
Richards. Dalam penyelenggaraannya, lembaga ini bekerjasama dengan Badan
Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dalam mengundang para pembicara dari dalam dan luar negeri.
Para pembicara dari luar negeri antara lain Richard Davies (Durham University), Mark Tingay (Adelaide University), Adriano Mazzini (Oslo University), Loyc Vanderkluysen dan Amanda Clarke (Arizona State University), Igor Kadurin (Russian Institute Electro Physics), Sergey Kadurin (Odessa National University) dan Wataru Tanikawa (Jamstec, Jepang).
Sementara pembicara dari Indonesia adalah Sukendar Asikin (ITB), Awang
Harun Satyana (BP Migas), Agus Guntoro dan Sayogi Sudarman (Universitas
Trisakti). Sejumlah ahli geologi dan perminyakan hadir sebagai peserta
antara lain Yusuf Surachman (pejabat di Bakosurtanal), Bambang Istadi
(Lapindo Brantas), dan Edi Sunardi (Universitas Pajajaran).
Diantara pembicara dan peserta hanya Richard Davies yang sejak awal
menyebut semburan lumpur dipicu aktivitas pengeboran dari perusahaan milik
Grup Bakrie. Jeffrey Richards menolak tuduhan bahwa pihaknya sengaja
mengundang pakar yang pro pada Lapindo Brantas. "Lupakanlah soal pemicu,
jauh lebih penting saat ini menangani para korban," katanya. Dia mengusulkan pemerintah membentuk Badan Otorita menangani aspek ekonomi dan sosial serta mengorganisir penelitian lebih lanjut.
Wakil Kepala BPLS Hardi Prasetya menjelaskan pembicara yang diundang
adalah yang pernah melakukan penelitian dan hasilnya diterbitkan jurnal
ilmiah. "Ada dalam Lusi Library kami," kata Hardi, guru besar ilmu geologi. Kami, katanya, tidak bisa menyetir pendapat para ilmuwan mancanegara yang telah memiliki reputasi.
UNTUNG WIDYANTO