TEMPO Interaktif, Amsterdam - Upaya mengurangi emisi gas rumah kaca selama 20 tahun belakangan belum membuahkan hasil. Alih-alih turun, angka emisinya justru meningkat dan mencapai rekor tertinggi. Ironisnya, para negosiator perubahan iklim sedang berkumpul dan berdebat dalam merumuskan persetujuan bersama mengenai pemanasan global.
Sebuah laporan terbaru dari International Energy Agency menyatakan bahwa emisi karbon dari energi pada tahun lalu telah mencapai 30 gigaton, lima persen lebih banyak dari 2008. Dengan investasi infrastruktur sumber energi yang masih berbasis batu bara dan minyak, situasi itu takkan banyak berubah sampai 10 tahun mendatang.
Fatih Birol, kepala ekonomi IEA yang berbasis di Paris, mengatakan tren energi harus dibangun. Angka itu, katanya, adalah kemunduran yang sangat serius, terutama dengan harapan untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata bumi menjadi dua derajat celcius di atas level praindustri.
Peningkatan seperti itu, menurut para ilmuwan, akan menyebabkan bencana perubahan iklim yang berdampak pada suplai air dan pertanian global. Selain itu, badai yang besar akan semakin sering menerpa dan menyebabkan peningkatan permukaan laut yang membahayakan kehidupan di pesisir.
Laporan IEA didasarkan pada analisis Stockholm Environment Institute dan dirilis oleh Oxfam. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi upaya negara memotong emisi karbon setelah konferensi iklim di Copenhagen tahun 2009.
Emisi yang masih tinggi itu adalah satu dari beberapa berita buruk yang dihadapi para delegasi dari 180 negara yang berkumpul di Bonn, Jerman, dalam pembicaraan dua pekan yang dimulai Senin, 6 Mei 2011 hari ini.
DEDDY SINAGA | AP