TEMPO Interaktif, Bandung - Robot kecil yang bentuknya seperti lambang Android bisa mencegah kematian akibat gas beracun. Di manapun ditempatkan, misalnya sumur atau dapur, ketika "hidung"nya mencium bau gas yang bocor, maka ia akan ribut sendiri. Robot penangkap gas berbahaya itu bikinan tiga orang pelajar Bandung.
Robot bernama Green Bird itu adalah buah karya Michelle Emmanuella, Jocelyn Olivia, dan Fairuuz Xaveria. Pelajar sekolah menengah pertama dan atas itu dibantu pengajar mereka di pusat belajar robotik Next System, Bandung.
"Pembuatannya sekitar 4 minggu mulai Juni lalu," kata pembimbing tim Christianto Tjahyadi di Bandung, Minggu, 18 September 2011.
Tubuh robot ini dibuat dari bahan toples plastik berpenutup seukuran tempat tisu. Bagian bawahnya dilubangi agar sepasang roda karet bekas mobil mainan leluasa bergerak. Bagian kepalanya terbuat dari mangkuk plastik yang dipasang menelungkup.
Sensor gas sedikit menyembul tepat di tengah kepala. Sensor itu dikelilingi 4 lampu LED berwarna hijau sebagai indikator berbahaya atau tidaknya gas.
"Kalau lampu menyala semua, artinya ada bahaya gas," kata Christianto. Sensor itu bisa menangkap gas karbondioksida, metana, dan propana yang lazim dipakai untuk korek gas, serta elpiji.
Tiap kali sensor mencium gas berkadar tinggi dan berbahaya di sekitarnya dalam jarak dekat, robot akan memberi peringatan dengan suara keras. Bunyinya seperti alarm pada jam digital. "Robot ini juga berfungsi sebagai pemantau kualitas udara," ujarnya.
Di tengah kemacetan panjang Jalan Pasteur, Bandung, sore hari pada suatu akhir pekan, robot langsung menjerit begitu dikeluarkan dari jendela mobil. Begitu juga ketika uji coba untuk mendeteksi gas yang keluar dari tabung elpiji dan katup korek gas dibuka. "Pada proses pembusukan sampah, robot ini juga bersuara karena ada gas metana yang keluar," katanya.
Pemakaian dua buah prosesor memungkinkan gerak robot itu bisa dikendalikan dengan remote control televisi yang telah dimodifikasi atau diprogram untuk berjalan sendiri. Kendali robot ikut dibantu sensor garis dan sensor inframerah di bagian belakang robot. Green Bird bisa bekerja selama 4 jam bila dipasang baterai 8 sel sebesar 12 volt.
Biaya pembuatan prototipe robot itu Rp 500 ribu. Paling mahal untuk pembelian sejumlah sensor. Saat ini, robot tersebut tengah dikembangkan untuk bisa menghimpun data lengkap jenis dan kadar gas berbahaya. Data itu kemudian dikirim ke komputer, lalu diolah hingga bisa tampil menjadi grafik di layar monitor. "Itu sedang dibuat sebagai tugas akhir siswa kami di kampusnya," kata Christianto.
ANWAR SISWADI