Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Para Ilmuwan Ciptakan Monyet Chimeric  

image-gnews
Dua ekor monyet chimeric bernama Roku dan Hex. OHSU/newscientist.com
Dua ekor monyet chimeric bernama Roku dan Hex. OHSU/newscientist.com
Iklan

TEMPO.CO , Oregon - Para peneliti dari Pusat Penelitian Primata Nasional Oregon di Oregon Health and Science University, Amerika Serikat, berhasil menciptakan monyet rhesus chimeric yang bisa dijadikan sebagai alternatif pengganti tikus yang selama ini digunakan dalam berbagai penelitian biologi. Bagaimana cara mereka menciptakan monyet chimeric?

Para peneliti pertama kali mencoba menciptakan monyet chimeric --monyet yang memiliki sel dengan genom berbeda-- menggunakan metode yang sama untuk tikus chimeric. Dalam metode ini, sel-sel punca embrionik disuntikkan ke dalam embrio inang setelah sebelumnya dibudidayakan selama beberapa dekade.

Sel-sel punca akan bercampur dengan sel-sel embrio inang untuk menghasilkan jaringan dan organ, lalu berkembang menjadi keturunan. Ketika keturunan ini dikawinkan, keturunan baru memiliki sel-sel yang berasal dari sel punca implan.

"Jika Anda memetik dua sel dari tubuh tikus chimeric, Anda bisa mendapatkan dua genom berbeda. Sel tersebut berisi satu set lengkap kromosom dan informasi genetik," kata Shoukhrat Mitalipov, salah satu peneliti di Oregon Health and Science University.

Tetapi metode untuk menciptakan tikus chimeric pada awalnya gagal diterapkan pada monyet rhesus. Pada monyet rhesus, keturunannya memiliki sel-sel hanya dari embrio inang. "Sayangnya itu tidak berhasil," kata Mitalipov seperti dikutip LiveScience dalam sebuah wawancara telepon.

Menurut Mitalitov, keturunan monyet rhesus chimeric tidak menunjukkan kontribusi dari sel punca embrio inang. "Sel-sel punca tampaknya tersesat di suatu tempat," katanya.

Para peneliti menduga bahwa proses budidaya entah bagaimana telah mengubah sel-sel punca embrionik. Mereka pun memilih mengembalikan sel-sel punca dari massa sel bagian dalam embrio, daripada mengambil dari pendingin usai dibudidayakan.

Tanpa dibudidayakan ulang, para peneliti langsung menyuntikkan sel punca ke dalam embrio inang. Namun, alih-alih menghasilkan satu ekor bayi monyet chimeric, metode itu justru mengakibatkan terbentuknya dua janin terpisah, bayi kembar monyet.

Akhirnya, setelah beberapa kegagalan, para peneliti menemukan metode paling tepat, yakni menggunakan blastosis awal yang terbelah menjadi tidak lebih dari empat sel terpisah. Blastosis merupakan embrio yang berkembang setelah sekitar lima hari pasca fertilisasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para ilmuwan mengambil tiap sel dari gumpalan lalu disatukan kembali bersama-sama, mencampur dan mencocokkan tiga dan enam individu untuk menciptakan 29 blastosis baru.

Para peneliti memilih 14 blastosis terkuat dan menanamkannya dalam kandungan lima induk monyet pengganti.

Hasilnya, kelima induk monyet hamil. Para peneliti menghentikan kehamilan tiga induk di antaranya untuk menguji fenomena chimerisme pada janinnya. "Dan kami akhirnya menemukannya," kata Mitalitov.

Segera setelah itu, seekor induk monyet sisanya didapati mengandung bayi kembar, belakangan diberi nama Roku dan Hex, dan seekor lainnya mengandung seekor bayi bernama Chimero. Ketiga bayi monyet chimeric tersebut berkelamin jantan, meski pengujian pada sel-sel mereka mengungkapkan bahwa ketiganya juga mengandung gen individu betina.

Mitalitov mengatakan, ketiga bayi monyet chimeric harus dibesarkan ibu angkat monyet. "Ibu mereka menolak mereka, mungkin merespons metode tidak alamiah yang digunakan untuk menciptakan mereka," ujar dia.

Para peneliti juga belum yakin benar apakah Roku, Hex, dan Chimero akan mampu bereproduksi. Butuh waktu empat sampai lima tahun bagi monyet rhesus untuk mencapai kematangan seksual.

LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

28 Agustus 2019

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menghadiri peringatan Hari Konstitusi yang digear di gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, Minggu, 18 Agustus 2019.(dok MPR RI)
JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

JK mengatakan Indonesia masih memiliki banyak sektor yang berpotensi untuk terus dikembangkan.


Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

28 Desember 2017

Pencapaian Sains Sepanjang 2016
Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

Penemuan baru sains tahun ini, dari katak yang menyala di kegelapan hingga pembuktian teori Einstein.


Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

28 September 2017

Jokowi Jamin Akan Lindungi KPK
Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

Jokowi menghadiri acara yang digelar oleh Bubu.com sebagai wujud kepedulian terhadap bisnis startup digital di Indonesia.


Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

19 September 2017

Pemandangan matahari terbenam di perairan Labuan Bajo, 1 Mei 2017. Labuan Bajo disebut sebagai salah satu dari 10 destinasi pariwisata prioritas yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pariwisata. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten


Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

15 Agustus 2017

Ilustrasi suplemen minyak ikan. taylorhooton.org
Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Depok, mengembangkan Aspergyomega, suplemen pengganti minyak ikan, dari limbah ampas tahu dan onggok.


Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

26 Juni 2017

Dua petugas Direktorat Lalulintas akan menderek mobil Mercedes Benz yang menabrak mobil Innova di jalan Merdeka Barat, Jakarta, (12/8). Kecelakaan terjadi akibat supir mengantuk. TEMPO/Aditia Noviansyah
Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

Tiga mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, menemukan alat untuk meminimalisasi kecelakaan di jalan raya.


Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

19 Juni 2017

Nelayan menunjukkan tangki penampungan yang berisi hasil tangkapan ikan di sekitar kawasan Teluk Jakarta di pemukiman nelayan Muara Angke, Jakarta, 19 April 2016. Menurut Ahok, kerang ikan di sekitar Muara Angke memiliki kandungan logam berat. TEMPO/Subekti.
Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

Lima mahasiswa Universitas Airlangga di Surabaya menemukan inovasi untuk menurunkan kandungan logam berat pada kerang agar aman dikonsumsi.


Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

6 Juni 2017

Ilustrasi toilet umum. shutterstock.com
Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya membuat pembasmi bakteri toilet dari ekstrak daun sirih.


Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

29 Maret 2017

Ilustrasi air bersih. sndimg.com
Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

Alat pengolah air tenaga surya buatan Unsyiah ini mengandalkan tiga penyaring.


Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

7 Maret 2017

Instalasi sistem pencahayaan terbaru berbasis LED (Light Emitting Diode) di Monas yang diselanggarakan PT.Philips Indonesia dengan tajuk
Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

Revolusi kota cerdas memperluas penggunaan lampu jalan LED. Kalangan bisnis dapat memanfaatkannya .