TEMPO.CO , Yogyakarta -Sarana transportasi dalam kampus Universitas Gadjah Mada bertambah karena kini ada mobil listrik buatan Tim Semar. Jayan Sentanuhady, ketua tim perancang mobil rendah emisi untuk kompetisi internasional dari Fakultas Teknik UGM tersebut, mengatakan saat ini mobil bernama eSemar Experimental itu tersedia tiga unit. Dua unit berkapasitas empat orang dan satu lagi bisa muat enam orang. “Sekali jalan, jarak tempuhnya 50 Km,” kata dia seusai peluncuran mobil rendah emisi itu di Balairung UGM, 28 Maret 2012.
Tiga unit mobil listrik rendah emisi berbentuk serupa mobil golf tersebut menggunakan deep cycle battery sebagai penyimpan tenaga listrik. Mesin penggerak tenaganya memakai perangkat motor AC yang bertenaga 48 volt. eSemar Experimental jenis G2.1, yang memiliki kapasitas tempat duduk enam orang, memiliki komponen lokal sebanyak 30 persen. Sementara G2.2 dan G2.3, yang bisa dinaiki oleh enam orang, 50 persen. “Kami ingin kembangkan mobil lain yang 70 persen komponennya buatan sediri,” ujar Jayan.
Mobil-mobil untuk tamu dan kalangan difabel serta lansia di UGM itu punya kerangka rendah memanjang mirip mobil gokar. Empat rodanya kecil seukuran dua kali bola sepak. Mobil ini bisa dipakai untuk keliling kampus UGM dengan kecepatan 20-40 Km per jam. Pemesan fasilitas mobil ini bisa menghubungi call center layanannya di UGM. “Biaya pembuatan dan uji coba teknologi mobil ini Rp200 juta per unit. Jika tanpa uji coba, hanya Rp100 juta,” ujar Jayan.
Jayan mengatakan teknologi eSemar Experimental G2.1, G2.2 dan G2.3 tak berbeda dengan mobil listrik lain di tanah air. Teknologi baru, justru ada di jenis mobil hybrid yang masih dalam bentuk konsep. “Kita mulai garap pertengahan 2012 dan selesai tahun depan. Target lain, pada 2014 kita bisa buat mobil yang kuat mengangkut 22 orang,” dia menambahkan.
Mobil hybrid, kata Jayan, sumber tenaga primernya tetap listrik dari deep cycle battery. Tapi, kekuatan mesin ditambah dengan memasang sumber tenaga sekunder dari sel tenaga surya dan CNG dedicated engine atau mesin bertenaga gas. “Kalau mobil ini, bisa kemana-mana, jarak tempuhnya jauh di atas mobil listrik,” ujar dia.
Di tempat yang sama, Singgih Hawibowo, Direktur Pemeliharaan dan Pengelola Aset UGM, menyatakan kemunculan mobil listrik untuk transportasi dalam kampus tersebut makin mendukung gagasan campus smart mobility dan program educopolis di UGM. Selama ini, kata dia 300.000 kendaraan bermotor keluar masuk kampus UGM meski sudah ada kampanye bersepeda di dalam kampus. “UGM kini sediakan 800 unit sepeda,” ujar dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM