Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Open BTS, Solusi Pemancar di Daerah Terpencil

image-gnews
Fitria alias Pipit memanjat Menara BTS yang ada di Ciputat, Tangerang Selatan, (10/10). ANTARA/Muhammad Deffa
Fitria alias Pipit memanjat Menara BTS yang ada di Ciputat, Tangerang Selatan, (10/10). ANTARA/Muhammad Deffa
Iklan

TEMPO.CO , Surakarta - Ahli teknologi informasi Onno W Purbo mengembangkan perangkat lunak dan perangkat keras Base Transceiver Station (BTS), yang biasa digunakan operator telepon seluler untuk memperluas jangkauan sinyal.

Berbeda dengan BTS milik operator seluler, Onno membangunnya dengan prinsip pengguna telepon seluler dapat menelepon dan mengirim pesan pendek secara gratis. “Ini solusi untuk masalah jaringan di daerah terpencil,” katanya kepada Tempo seusai seminar Open BTS di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Sabtu, 7 Juli 2012.

Dia mengatakan operator seluler cenderung tidak mau membangun BTS di daerah terpencil mengingat investasinya yang besar. Dia menyebut untuk satu BTS, butuh biaya antara Rp 1,5 sampai 3 miliar. “Karenanya ada masyarakat Papua yang ponselnya hanya untuk mendengarkan musik. Karena disana tidak ada sinyal,” ucapnya.

Sedangkan Open BTS yang dia buat, hanya butuh biaya Rp 150 juta, termasuk untuk perangkat lunak dan perangkat keras seperti antena, personal computer, dan daughterboard. Dia mengklaim Open BTS bisa menjangkau radius 20 kilometer.

Menurut Onno, Open BTS cocok digunakan di daerah terpencil karena alat itu akan membangun jaringan sendiri, tanpa tergantung ada tidaknya jaringan lain seperti jaringan internet atau satelit. Selain itu, menjanjikan komunikasi dengan biaya yang jauh lebih murah dibanding menggunakan jaringan operator telepon seluler, bahkan bisa gratis.

Hanya saja, penggunaan Open BTS terhadang aturan. Sebab selama ini frekuensi telepon seluler hanya diberikan kepada operator. “Kalau memakai ini secara luas, bisa kena pidana,” ujarnya.

Namun paling tidak, dia memberi gambaran bahwa untuk mendirikan BTS tidak butuh biaya mahal. Begitupun biaya berkomunikasi, bisa lebih ditekan karena berbasis pada VOIP (Voice Over Internet Protocol).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Onno mengatakan sudah ada operator yang tertarik bekerja sama untuk menggunakan Open BTS. Jika itu terjadi, maka biaya berkomunikasi bisa lebih murah. “Tiap universitas juga bisa membuatnya. Tapi nanti untuk pemakaiannya harus menggandeng operator,” katanya.

Ketua Jurusan Diploma III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS Surakarta, Palgunadi mengatakan Open BTS dapat membuka wawasan mahasiswa agar ke depan bisa membuat karya serupa.

Menurutnya, ide dari Onno relatif bisa diterapkan oleh mahasiswa. "Bisa saja setelah ini mereka membuat Open BTS sendiri secara sederhana. Kemudian bisa dibeli oleh perusahaan telekomunikasi," ujarnya.

Atau paling tidak, lanjut Palgunadi, mahasiswa punya keahlian dalam hal telekomunikasi sehingga lebih mudah mencari pekerjaan.

UKKY PRIMARTANTYO

Berita terpopuler lainnya:
Wawancara Hartati: Itu Sumbangan, Bukan Suap
Sepuluh Haram Terpampang di Facebook

5 Alasan Anda Layak Jadi Korban Kiamat Internet

Tersangka Pertama yang Pakai Baju Tahanan KPK

Hilang Tahun 1926, Tiga Pendaki Alpen Ditemukan

Perceraian Tom Cruise, Ini Tanggapan Nicole Kidman

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengaku Anggota Ormas, Tiga Lelaki Rampas Ponsel Petugas Menara di Johar Baru

25 November 2020

Ilustrasi jempol menyentuh ponsel. shutterstock.com
Mengaku Anggota Ormas, Tiga Lelaki Rampas Ponsel Petugas Menara di Johar Baru

Di perjalanan, kedua tersangka meminta korban menepi dan merampas ponsel Andika. Setelah itu kedua tersangka kabur dari mobil.


Lego 2.782 Menara Seluler, XL Axiata Kantongi Duit Rp 4,05 T

11 Februari 2020

Teknisi dari PT. XL Axiata Tbk mengibarkan bendera di puncak menara BTS setinggi 50 meter di Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis 15 Agustus 2019. Pengibaran bendera tersebut dilakukan dalam rangka memeriahkan HUT ke-74 kemerdekaan RI. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Lego 2.782 Menara Seluler, XL Axiata Kantongi Duit Rp 4,05 T

Protelindo mengakuisisi 1.728 unit menara dan CMI 1.054 unit menara seluler milik PT XL Axiata Tbk.


Nasib Pansus Menara Seluler di Tangan Ketua DPRD DKI Prasetyo

19 April 2018

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan pernyataan visi-misi kepada ketua DPRD  DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi dalam rapat Paripurna di Gedung DPRD DKI Jakarta, 15 November 2017. DPRD DKI menggelar rapat Paripurna untuk mendengarkan penyampaian Rancangan APBD 2018 . Pemerintah Provinsi DKI dan DPRD menyepakati besaran rancangan KUA-PPAS APBD 2018 dengan total anggaran Rp 77,1 triliun.Tempo/Ilham Fikri
Nasib Pansus Menara Seluler di Tangan Ketua DPRD DKI Prasetyo

Kerugian Pemda DKI karena biaya sewa menara seluler bisa mencapai triliunan rupiah. Pembentukan pansus menunggu izin Prasetyo.


DPRD Curiga, Biaya Menara Seluler di Lahan Pemda DKI Kemurahan

19 April 2018

Pekerja melakukan pemeriksaan alat pemancar untuk sinyal seluler pada menara BTS milik PT. Tower Bersama Infrastruktur di Jagakarsa, Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (03/05). TEMPO/Dasril Roszandi
DPRD Curiga, Biaya Menara Seluler di Lahan Pemda DKI Kemurahan

Pansus akan menyelidiki segala dugaan pelanggaran dalam pendirian dan pengoperasian menara seluler atau tower microcell di lahan Pemda DKI.


Tak Kantongi Izin, Tiga Tower Microcell di Depok Dibongkar  

22 Desember 2016

Ilustrasi menara operator telepon selular. ANTARA/M Agung Rajasa
Tak Kantongi Izin, Tiga Tower Microcell di Depok Dibongkar  

Pemerintah Kota Depok membongkar tiga tower Microcell Pole (MCP) di Margonda dan Juanda lantaran berdiri tanpa mengantongi izin.


Langgar Aturan, Pemkot Depok Segel Lima Menara BTS

7 Mei 2016

TEMPO/Suryo Wibowo
Langgar Aturan, Pemkot Depok Segel Lima Menara BTS

Berdasarkan catatan Dinas Komunikasi dan Informasi dari 644 menara BTS di Depok, sebanyak 250an belum mengantongi izin.


Telkomsel Operasikan 128 BTS di Perbatasan

18 Agustus 2015

ANTARA/Prasetyo Utomo
Telkomsel Operasikan 128 BTS di Perbatasan

PT Telekomunikasi Seluler mengoperasikan 128 base transceiver station (BTS) 3G di sejumlah titik perbatasan Indonesia.


Masuk Pelosok, Telkomsel Tambah BTS 'Hijau'  

18 Maret 2015

Petugas memeriksa pemancar di salah satu menara BTS (Base Transceiver Stations) milik Telkomsel di Pulau Tongkeng, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (10/3). ANTARA/Yudhi Mahatma
Masuk Pelosok, Telkomsel Tambah BTS 'Hijau'  

Sekitar 5 persen pelanggan potensial di pelosok tidak tergarap operator seluler.


Bekasi Kebingungan Tertibkan Tower Ilegal  

20 November 2014

TEMPO/Iqbal Lubis
Bekasi Kebingungan Tertibkan Tower Ilegal  

Butuh Rp 25 miliar untuk menertibkan tower ilegal di Bekasi.


Telkomsel Bantah Bangun Tower di Permukiman Padat

4 September 2014

Petugas Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan membongkar paksa menara pemancar sinyal milik sebuah operator seluler di Cengkareng, Jakarta, 2 September 2014. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Telkomsel Bantah Bangun Tower di Permukiman Padat

"Kami sudah memeriksa ke data kami. Hasilnya menunjukkan tidak ada tower milik Telkomsel di tempat tersebut."