TEMPO.CO, Jakarta - Dalam ranah ilmiah, konsep kiamat jelas ada. Dalam ilmu astronomi, kiamat berarti hancurnya alam raya, tata surya, atau bumi. Lain lagi dengan ilmu biologi. Kiamat diartikan bermula dari kehancuran habitat disusul kepunahan spesies. Lalu, bagaimana di Indonesia?
Majalah Tempo edisi Senin, 24 Desember 2012, mengulas heboh kiamat dengan segala tafsir ilmiahnya. Kiamat skala lokal juga terjadi di Indonesia. Kepala Bidang Zoologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Rosichon Ubaidillah menunjuk pada kasus kepunahan 92 persen spesies ikan yang hidup di Sungai Ciliwung. Spesies udang dan moluska di daerah ini juga mengalami kepunahan sebesar 66-80 persen.
Kepunahan spesies di masa kini sebagian besar disebabkan oleh terjadinya kehancuran dan degradasi habitat. Penyebab kepunahan lain adalah pemanasan global, polusi udara, eksploitasi berlebihan, dan invasi spesies. "Kepunahan saat ini disebabkan oleh campur tangan manusia," kata Rosichon.
Parahnya, tangan manusia tak berhenti menghancurkan alam. "Kehancuran masih berjalan," ucapnya. Akibatnya, ia memprediksi laju kepunahan spesies akan semakin kencang dalam setengah abad ke depan. Dalam penilaiannya, semakin banyak spesies hilang dari alam, semakin mengerikan masa depan yang akan dihadapi manusia. "Hilangnya spesies bisa jadi kiamat buat manusia," katanya.
Kiamat lain bisa berasal dari epidemi global. Serbuan spesies bakteri dan virus mematikan pernah terjadi pada masa lalu. Sebagai contoh, kematian ratusan juta orang Eropa akibat Wabah Hitam pada abad ke-14.
Pada masa sekarang, pandemi seperti ini bisa sangat menghancurkan manusia karena perpindahan penduduk dan perdagangan antarnegara yang semakin intensif, yang memungkinkan organisme penyebab penyakit menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru bumi. "Ancaman terbesar pandemi adalah musnahnya umat manusia," ujarnya. Lihat juga laporan khusus tempo.co tentang rumor Kiamat 2012.
ANTON WILLIAM