TEMPO.CO, Rostock - Hidrogen yang dihasilkan dari sumber daya terbarukan adalah sumber energi bersih yang menjanjikan. Kendalanya, hidrogen dalam bentuk gas akan lebih sulit untuk ditangani dan juga perihal transportasi pengangkutannya. Tim ilmuwan internasional saat ini telah menemukan rincian metode yang efisien untuk menghasilkan hidrogen dari bahan metanol dan disimpan dalam suhu rendah.
Nantinya ini dapat digunakan untuk menghasilkan ebergi listrik menggunakan bahan bakar itu. Penelitian ini telah diuraikan secara detail dalam jurnal Nature. Hidrogen memiliki kepadatan energi yang tinggi dan bersih. Sisa pembakarannyapun hanya meninggalkan uap air saja.
Baca Juga:
Pendukung ekonomi hidrogen ingin menghasilkan hidrogen dengan kelebihan listrik dari energi terbarukan seperti tenaga angin dan energi surya. Tapi karena bentuknya gas, hidrogen hanya dapat diangkut dan disimpan dengan aman jika berbentuk cair atau terkompresi. Dan proses ini membutuhkan banyak energi.
Sedangkan metanol mengandung 12,6 persen hidrogen dan bentuknya cairan pada suhu kamar. Bahan ini sanga memungkinkan untuk digunakan sebagai sarana sementara untuk menyimpan hidrogen sampai ia akan digunakan. Metode yang digunakan untuk melepaskan gas hidrogen dari metanol membutuhkan suhu tinggi yaitu diatas 200 celcius dan tekanan tinggi. Ini membutuhkan aplikasi yang potensial.
Namun pendekatan baru telah dijelaskan oleh Mathias Beller dan rekan dari Universitas Rostock dengan menggunakan katalis berbasis ruthenium. Cara ini cukup efektif untuk menghasilkan hidrogen dari metanol hanya dengan suhu 65-95 celcius dan pada tekanan ambien.
Para penulis percaya bahwa sistem mereka bisa menggabungkan kelebihan metanol sebagai pembawa hidrogen dan membran proton-exchange (PEM) bahan bakar untuk produksi energi yang efisien. PEM adalah salah satu teknologi bahan bakar sel yang paling menjanjikan.
"Penelitian ini adalah langkah yang sangat menarik dan bisa membawa kita untuk lebih mudah dengan sistem kerja yang efisien," kata Prof John Loughhead, direktur eksekutif Pusat Penelitian Energi, Inggris. Menurutnya, penelitian lebih lanjut harus dikembangkan untuk mengetahui seberapa besar berat dan mahal untuk menjalankan sistem yang praktis ini.
BBC | ISMI WAHID
Berita terpopuler lainnya:
Bisnis Mahdiana, Istri Kedua Djoko Susilo
KPK: Silahkan Lapor Data Ibas
Nikah Kedua, KUA Mencatat Djoko Susilo 'Single'
Ferguson Ingin Jadi Direktur Manchester United
Bradley Manning Beber Pembocoran Rahasia Wikileaks
Kisah Djoko Susilo dan Anak Yatim Piatu