Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

MERS, Nama Baru untuk Coronavirus

Editor

Nur Haryanto

image-gnews
Coronavirus. usask.ca
Coronavirus. usask.ca
Iklan

TEMPO.COUtrecht - Setiap virus perlu nama yang menarik, dan sekarang giliran coronavirus, virus baru yang mencuat di Timur Tengah dan telah menginfeksi 40 orang dan membunuh setengah dari mereka.

Berbagai ilmuwan telah menyebut coronavirus sebagai virus Mers. Kelompok Studi Coronavirus, telah meresmikan nama tersebut pada hari Kamis kemarin. "Nama ini didukung oleh penemu virus dan peneliti lain yang dirintis oleh Mers-COV," dalam paparan Organisasi Kesehatan Dunia ,WHO, dan Departemen Kesehatan Arab Saudi. “Sangat disarankan untuk penggunaan nama virus ini harus dalam bahasa ilmiah."

Menurut kelompok yang dipimpin oleh Raoul de Groot dari Universitas Utrecht di Belanda, pada tulisannya dalam Journal of Virology, masalah penamaan virus bisa menjadi hal yang sensitif. Biasanya, banyak negara tidak ingin nama mereka dikaitkan dengan nama penyakit.

Itulah sebabnya nama seperti "flu Hong Kong" tidak digunakan lagi. Sekarang virus influenza sudah membawa nama genetik seperti H1N1 atau H7N9.

The Mers coronavirus jelas terkait dengan Negara Timur Tengah, Yordania, Qatar dan Arab Saudi. Namun Kasus tersebut juga telah menyebar ke Prancis, Jerman dan Inggris. Virus Mers baru adalah saudara dari SARS. Coronavirus dapat menyebabkan gejala flu seperti yang sering terjadi pada kebanyakan orang. Mers tampaknya berasal dari virus kelelawar, menurut laporan kelompok de Groot.

"Novel coronavirus tampaknya terkait erat dengan virus yang belum diklasifikasikan yang berasal dari kelelawar pemakan serangga di Eropa dan Afrika. Kemungkinan juga kebanyakan pasien secara langsung terinfeksi oleh kelelawar, jelas Kelompok Studi Coronavirus. Kelelawar mungkin telah menginfeksi beberapa hewan lainnya, hingga pada akhirnya kelelawar juga dapat menginfeksi manusia, kata mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Belum ada vaksin untuk melawan MERS dan obat antivirus yang diberikan kepada pasien tampak tidak berpengaruh untuk kesembuhannya. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit telah memberitahu rumah sakit AS untuk mengambil tindakan pencegahan yang ketat jika seseorang muncul dengan gejala Coronavirus atau warganay yang baru - baru ini melakukan perjalanan dari Timur Tengah.

Petugas kesehatan yang melakukan kontak langsungg dengan pasien, harus mengenakan masker khusus, sarung tangan dan baju khusus serta mengikuti aturan lainnya untuk melindungi diri dan pasien lain dari tersebarnya virus tersebut.

WHO mengatakan, ada lebih banyak pertanyaan daripada jawaban tentang Mers. "Kita tahu virus ini telah menginfeksi orang sejak 2012, tapi kita tidak tahu di mana virus ini hidup dan berkembang," jelas WHO dalam sebuah pernyataan di situs resminya.

NBCNEWS.COM | ANINDYA LEGIA PUTRI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Waspada Disease X, Lebih Berbahaya dari Covid-19?

25 Januari 2024

Waspada Disease X, Lebih Berbahaya dari Covid-19?

Para pakar di WHO menyebut Disease X berpotensi menjadi pandemi baru. Tingkat fatalitasnya diklaim lebih mematikan dibanding Covid-19.


20 Tahun Temuan Virus SARS di Guangzhou Cina: Jejak Penyebaran dan Sindrom Mirip Covid

17 November 2022

Li Wenliang, 34 tahun, mengatakan kepada sekelompok dokter di media sosial Cina dan grup WeChat bahwa tujuh kasus Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) telah dikonfirmasi terkait dengan pasar makanan laut di Wuhan, yang diyakini sebagai sumber virus. twitter.com
20 Tahun Temuan Virus SARS di Guangzhou Cina: Jejak Penyebaran dan Sindrom Mirip Covid

Penyakit virus SARS pertama kali muncul di Cina Selatan pada November 2002 dan menyebar ke lebih dari 24 negara di Asia, Eropa, Amerika Utara.


IDI Sebut Pasien Covid-19 Pernah Kena Badai Sitokin Bisa Alami Gangguan Ginjal

7 November 2022

Kata
IDI Sebut Pasien Covid-19 Pernah Kena Badai Sitokin Bisa Alami Gangguan Ginjal

Ketua Satgas Covid-19 PB IDI, Erlina Burhan menyatakan Covid-19 badai sitokin bisa sebabkan gangguan sejumlah organ tubuh, termasuk gangguan ginjal.


Tak Ada Ruginya Teruskan Kebiasaan Cuci Tangan dan Pakai Masker

21 Juni 2022

Warga mencuci tangan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu , 27 Juli 2021. Presiden Joko Widodo memutuskan untuk memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah Pulau Jawa dan Bali hingga 2 Agustus mendatang. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Tak Ada Ruginya Teruskan Kebiasaan Cuci Tangan dan Pakai Masker

Meskipun pandemi Covid-19 dianggap sudah mereda. Namun, kebiasaan menggunakan masker dan cuci tangan sebaiknya teruis dilakukan. Banyak manfaatnya.


Top 3 Dunia: Permaisuri Raja Thailand, SARS, dan Pertemuan Virtual Biden-Xi

17 November 2021

Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida melambaikan tangan saat menyapa warga dalam peresmian stasiun kereta bawah tanah di Bangkok, Thailand, 14 November 2020. Royal Household Bureau/Handout via REUTERS
Top 3 Dunia: Permaisuri Raja Thailand, SARS, dan Pertemuan Virtual Biden-Xi

Berita Top 3 Dunia, Selasa, 16 November 2021, adalah tentang Permaisuri Raja Thailand, asal usul virus SARS dan pertemuan virtual Biden dengan Xi


Virus SARS Pertama Ditemukan di Guangzhou Cina, Hari ini 19 Tahun Lalu

16 November 2021

Li Wenliang, 34 tahun, mengatakan kepada sekelompok dokter di media sosial Cina dan grup WeChat bahwa tujuh kasus Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) telah dikonfirmasi terkait dengan pasar makanan laut di Wuhan, yang diyakini sebagai sumber virus. twitter.com
Virus SARS Pertama Ditemukan di Guangzhou Cina, Hari ini 19 Tahun Lalu

Kota Foshan, Guangzhou, China menjadi tempat pertama ditemukannya kasus Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS) pada 16 November 2002.


Peneliti AS dan Australia Ungkap Bukti Epidemi Virus Corona 20.000 Tahun Lalu

5 Oktober 2021

Ilustrasi 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV). REUTERS/CDC
Peneliti AS dan Australia Ungkap Bukti Epidemi Virus Corona 20.000 Tahun Lalu

Peneliti menganalisis genom lebih dari 2.500 manusia modern dari 26 populasi di seluruh dunia.


Asal-usul Covid-19, Epidemiolog Cina Minta Penyelidikan Beralih ke AS

18 Juni 2021

Yu Xin, seorang perawat dari Rumah Sakit Pertama Universitas Kedokteran Dalian, tampak menangis saat upacara perpisahan di Rumah Sakit Leishenshan Wuhan di Wuhan, Hubei, Cina, 29 Maret 2020. Sebanyak 1.090 pekerja medis dari Liaoning, Shanghai, Jilin, Guangdong, Shanxi, dan Hebei meninggalkan  RS darurat kedua yang dibangun untuk mengangani wabah virus corona. (Xinhua/Cai Yang)
Asal-usul Covid-19, Epidemiolog Cina Minta Penyelidikan Beralih ke AS

Studi sebut tujuh kasus Covid-19 sudah ada di AS pada Desember 2019. Studi lain bilang sudah ada di Italia per September. Riset WHO tunjuk di Cina.


Kematian Akibat Covid-19 di Singapura Melampaui Kematian Wabah SARS

9 Juni 2021

Orang-orang yang memakai masker wajah keluar dari mal sebelum pemberlakuan lockdown di Singapura 14 Mei 2021. Selama lockdown, Mal dan bioskop akan diizinkan beroperasi tetapi dengan kapasitas yang dikurangi. REUTERS / Caroline Chia
Kematian Akibat Covid-19 di Singapura Melampaui Kematian Wabah SARS

Singapura melaporkan kematian akibat Covid-19 ke-34 atau melampaui total 33 kematian yang tercatat selama wabah SARS pada 2003.


Kisah Pasien Covid-19 yang Merasa Kondisi Tubuhnya Berbeda Setelah Sembuh

25 Oktober 2020

Ilustrasi perawatan pasien Covid-19. REUTERS
Kisah Pasien Covid-19 yang Merasa Kondisi Tubuhnya Berbeda Setelah Sembuh

Sejumlah pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh merasakan hal berbeda pada indra penciuman, jantung, dan kondisi tubuh lainnya.