TEMPO.CO, Jakarta -- Di Indonesia, saat ini terdapat 7,6 juta pengidap diabetes. Sayangnya, hanya 41 persen yang telah terdiagnosis, 39 persen menjalani perawatan, dan kurang dari 1 persen mencapai sasaran pengobatan diabetes.
Kenyataan ini menggugah Susetyo Bagas Bhaskoro, 27 tahun, untuk setidaknya berkontribusi dalam meringankan penderita diabetes dalam mendeteksi penyakit mematikan ini secara dini. Caranya dengan membuat aplikasi mobile bernama Xanesha Diabetes.
Aplikasi yang akan diluncurkan pada Oktober mendatang di Bandung ini dia kerjakan bersama timnya di BlackBerry Innovation Center, Institut Teknologi Bandung. Berikut ini penuturan mahasiswa S-3 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB tersebut kepada Anwar Siswadi dari Tempo.
*****
Dari mana ide membuat aplikasi ini?
Awalnya dari fakta bahwa diabetes masuk 10 besar penyakit mematikan di Indonesia. Banyak orang tak sadar mengidap diabetes, juga jantung. Selain itu, jumlah dan sebaran dokter belum merata. Ini menjadi masalah besar buat pengidap diabetes. Saya coba mengubah prinsip dari pasien mencari dokter menjadi patient-oriented, atau dokter harus melayani pasien.
Bagaimana cara kerjanya?
Setelah pengguna mendaftar dan masuk, di layar akan muncul halaman utama. Di sebelah kiri layar ada kolom menu yang berisi tumpukan modul, dari Glukosa, Aktivitas, Berat Badan, Kandungan Makanan, Denyut Jantung, hingga HbAIC (zat hasil reaksi glukosa dengan hemoglobin).
Di kolom sistem, ada modul Pengaturan, Kesimpulan, serta Diabet FAQ. Pengguna tinggal mengisi modul-modul itu satu per satu dengan cara mengetik langsung. Pencatatan itu sekaligus pengendalian kadar gula serta peringatan jika ambang batas telah terlewati.
Pengukuran bisa langsung atau pakai alat lain?
Kadar glukosa, denyut jantung, berat badan, dan HbAIC perlu diukur dengan alat lain. Hasilnya kemudian dimasukkan dalam aplikasi. Pada modul aktivitas, pengguna diminta mengisi kegiatan harian, apakah aktivitasnya tergolong ringan, sedang, atau berat. Lama aktivitasnya berapa menit dan kalori yang diperlukan berapa. Pada modul kandungan makanan, pengguna mengisi makanan yang dimakan.
Makanan seperti apa, misalnya?
Makanan dalam aplikasi berupa bahan dasar, bukan olahan seperti gado-gado. Jenis asupan dan kadar kalorinya sudah tersedia di aplikasi. Pengguna tinggal memilih saja. Misalnya, nasi, ayam, dan kangkung.
Dari data yang masuk, aplikasi kemudian menghitungnya. Hasilnya bisa dilihat di modul glukosa. Di sana akan muncul tabel tentang kadar glukosa. Jika angkanya berwarna hitam, kondisi pengguna masih aman. Sedangkan jika berwarna kuning, itu artinya pengguna sudah harus berhati-hati. Angka berwarna merah, artinya telah melewati batas aman.
Apa keunikan aplikasi ini?
Aplikasi ini ditujukan bagi penderita diabetes dan orang sehat yang ingin terhindar dari penyakit gula. Selain mendidik pasien dan orang yang belum terkena diabetes agar hidup sehat, tujuan utamanya adalah untuk membuat hubungan pasien dengan dokter semakin dekat, dalam hal efisiensi waktu, biaya, serta jarak dalam berkonsultasi. Perlu kejujuran dan ketekunan.
Pengisian datanya masih manual?
Sementara begitu. Ini masih menjadi kelemahan kami. Inginnya nanti ke depan sebagian sudah bisa otomatis, atau langsung dari alat pemeriksa seperti tekanan darah, kadar gula, dan berat badan.
Terhangat:
Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Jokowi Capres? | Miss World
Berita lain:
Bagaimana Dul Mengendarai Mobil? Ini Kata Temannya
Tabrakan Jagorawi, Ada Catatan Fisika di Mobil Dul
Kronologi Tabrakan Jagorawi Melibatkan Anak Dhani
Pesan Terakhir Salah Satu Korban Tabrakan Jagorawi