Theis mengatakan hasil studi ini mengindikasikan banyak mamalia berkomunikasi dengan bantuan sekresi bakteri seperti yang terjadi pada hyena. Namun, peneliti belum tahu pasti seberapa jauh hyena bisa mengontrol komunitas bakteri yang mereka miliki. Belum ada kejelasan apakah hyena dan mamalia lain, termasuk manusia, ternyata dipengaruhi oleh inang bakterinya.
Theis menyebutkan kemungkinan tubuh hyena punya kontrol atas bakteri mereka. Apa yang dihasilkan oleh bakteri itu kemungkinan dipengaruhi oleh tipe enzim dan protein yang dikeluarkan tubuh hyena ke kelenjar penciumannya. Hasil studi Theis dan koleganya dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, 11 November lalu.
Peneliti dari Penn State, David Hughes, mengatakan studi itu menunjukkan adanya peran bakteri dalam menjembatani interaksi di antara mamalia. "Kami sudah menemukan peran dari bakteri yang sebelumnya hanya dinilai sebagai penumpang yang tak penting," katanya.
Penelitian Theis dan kawan-kawannya, menurut Hughes, merupakan contoh dari pentingnya komunitas mikroba terhadap tubuh inangnya. "Kita berpikir bahwa hyena adalah satu organisme, tapi sebenarnya dia adalah kumpulan gen, baik dari hyena maupun mikroba. Hal ini berlaku juga untuk yang lain dari manusia hingga kumbang," kata Hughes.
Menurut Hughes, penelitian tentang lingkungan dan komunitas mikroba (microbiome) jadi awal perubahan studi hewan dan perilakunya. Kondisi ini juga berlaku bagi manusia yang memiliki microbiome. Seluruh mikroba yang ada di tubuh manusia diperkirakan memiliki gen 100 kali lebih banyak dari genome manusia itu sendiri.
LIVESCIENCE | GABRIEL TITIYOGA
Topik Terhangat
Korupsi Hambalang | SBY Vs Jokowi | Suami Ratu Atut Meninggal | Suap Akil Mochtar | Adiguna Sutowo
Baca juga
Haiyan, Topan Terkuat Sepanjang Abad
Peneliti: Akan Ada Topan Lebih Dahsyat dari Haiyan
Robot Ini Berbahan Bakar Urine
Banjir Jakarta, Dinas PU Perbanyak Mulut Air