Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

NAZI Nyaris Gunakan Nyamuk Jadi Senjata  

image-gnews
Bendera swastika Nazi. Wikipedia.org
Bendera swastika Nazi. Wikipedia.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bayangkan jika nyamuk bisa berfungsi sebagai senjata militer. Tentu sangat mengerikan. Para ilmuwan Nazi nyaris menggunakan nyamuk sebagai senjata tempur dalam Perang Dunia II tahun 1939-1945.

Rencana Nazi itu diungkap oleh Dr. Klaus Reinhardt, seorang ahli biologi di University of Tübingen di Jerman. Ia meneliti sejumlah catatan sejarah yang melibatkan kamp konsentrasi Dachau. Temuannya diterbitkan dalam majalah triwulanan Endeavour edisi Desember 2013.

Reinhardt mengatakan para ilmuwan Nazi berencana mengubah nyamuk menjadi senjata. Mereka menginfeksi nyamuk dengan penyakit malaria kemudian melepaskannya ke pasukan musuh dengan pesawat terbang. Untungnya rencana itu tidak pernah terlaksana.

"Rencana nyamuk" itu tertanggal Januari 1942. Kala itu, Heinrich Himmler, Kepala Schutzstaffel (SS) dan polisi Nazi, dilaporkan memerintahkan pembentukan sebuah lembaga entomologis untuk mempelajari fisiologi dan pengendalian serangga berbahaya. 

"Lembaga ini dipimpin oleh peneliti serangga Eduard May," tulis Reinhardt dalam abstrak artikelnya, seperti dikutip Huffington Post, Kamis, 6 Februari 2014.

Rencana Nazi itu tentu bertentangan dengan aturan pelarangan penggunaan senjata kimia dan biologi oleh Protokol Jenewa tahun 1925. Pertanyaannya kemudian, apakah Adolf Hitler mematuhi fatwa itu? Hal ini telah lama menjadi topik perdebatan. Kamar gas Nazi membuktikan kesediaan Reich Ketiga untuk menggunakan racun terhadap warga sipil.

Namun, beberapa sejarawan berpendapat Hitler tidak menyetujui taktik "rencana nyamuk" untuk medan perang. Dalam artikelnya, Reinhardt mengakui bahwa bukti penggunaan nyamuk untuk senjata biologis masih jauh dari meyakinkan.

"Ide untuk menghasilkan nyamuk terinfeksi malaria dan menjatuhkannya ke pasukan musuh tidak didokumentasikan dengan baik dalam catatan sejarah," kata Reinhardt.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Reinhardt bukanlah ilmuwan pertama yang menawarkan bukti eksperimen Nazi melibatkan skenario "perang nyamuk". Pada 2006, Frank Snowden, profesor sejarah Universitas Yale di Amerika Serikat, menerbitkan sebuah buku berjudul The Conquest of Malaria in Italy. Dalam buku itu Snowden menyatakan Nazi melepaskan nyamuk terinfeksi malaria untuk menghentikan pasukan Sekutu di Italia.

Menggunakan arsip Amerika dan buku harian dari tentara Italia, buku Snowden memerinci bagaimana pakar serangga Nazi bernama Erich Martinia diduga mengarahkan pasukan Nazi Jerman untuk membanjiri rawa-rawa dekat Roma dan mengisinya dengan larva nyamuk pembawa malaria. 

Malang bagi Nazi, pasukan Inggris dan Amerika tidak terpengaruh serangan nyamuk malaria karena sebelumnya telah divaksinasi. Malaria justru menjangkiti penduduk sipil di sekitar lokasi peperangan, demikian menurut Snowden.

Tetap saja skenario "perang nyamuk" Nazi tidak memikat semua ilmuwan. Dr. Eric Toner, seorang ahli respons medis terhadap bioterorisme di University of Pittsburgh, mengatakan tidak pernah ada bukti nyata tentang kemungkinan Nazi bereksperimen menciptakan senjata biologis dalam Perang Dunia II.

HUFFINGTONPOST | MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita Lain:
Microsoft Vs Google, Siapa Lebih Unggul?  
Telkom Bangun Data Center Seluas 10 Hektare
Microsoft Investasi Rp 180 Miliar di Foursquare
Pesan Blue Bird Pakai Aplikasi di Windows 8
Gaji Bos Baru Microsoft Jauh di Bawah Bos Apple

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

16 jam lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.


Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

16 jam lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.


Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

3 hari lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

Program studi Biologi UGM raih peringkat 1 di Indonesia Versu QR WUR by Subject 2024. Berikut profil prodi ini.


Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

58 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.


Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

11 September 2023

katak mutiara merupakan jenis katak pohon yang memiliki bintik seperti mutiara. Saat ini populasinya sudah langka. Tim Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) menemukan katak ini di Pegunungan Sanggabuana, Karawang (dok.SWR)
Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

Katak langka ini berwarna oranye kecokelatan. Tubuhnya dipenuhi bintik putih seperti mutiara dan berkilau saat disorot cahaya senter.


Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

23 Mei 2023

Orcinus orca atau paus pembunuh. Shutterstock
Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

Laporan-laporan tentang pertemuan dengan orca yang agresif di lepas pantai Iberian mulai muncul pada Mei 2020, dan belakangan menjadi lebih sering.


Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

16 Desember 2022

Ular Piton (ilustrasi).
Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

Ini adalah bukti resmi pertama organ genital ular betina.


Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

21 September 2022

Penelitian tentang kenapa bebek berenang dalam formasi satu baris memenangkan Hadiah Ig Nobel bidang Fisika 2022. YouTube
Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

Ig Nobel diberikan kepada penelitian-penelitian yang dianggap paling aneh, konyol dan unik yang membuat 'tertawa namun kemudian berpikir'.


Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

23 Juli 2022

Tim Indonesia yang berhasil meraih empat medali yakni dua medali emas dan dua perunggu dalam ajang International Biology Olympiad (IBO) ke-33 tahun 2022 yang diselenggarakan di Yerevan, Armenia. ANTARA/HO- Dokumentasi Pribadi.
Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

Jefferson peraih medali perunggu di olimpiade Biologi internasional di Armenia sudah merantau sejak SD. Memiliki segudang prestasi.


3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

16 Juni 2022

Gedung Rektorat IPB University di kampus IPB Dramaga Bogor /ANTARA
3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

Di urutan ke-2 dan ke-3 ada Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia sebagai kampus terbaik di bidang Biologi. Kampus mana yang pertama?