Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ditemukan Jejak Air dalam Meteorit Mars

image-gnews
Foto permukaan tanah di Planet Mars, setelah kendaraan penjelajah NASA, Curiosity, mengeruk sampel tanah, Kamis (1/11).  REUTERS/NASA/Handout
Foto permukaan tanah di Planet Mars, setelah kendaraan penjelajah NASA, Curiosity, mengeruk sampel tanah, Kamis (1/11). REUTERS/NASA/Handout
Iklan

TEMPO.CO , CALIFORNIA: - Tim ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat menemukan bukti adanya jejak pergerakan air dalam batuan dari Mars. Penemuan ini merupakan kelanjutan dari penelitian pada 1996 saat ilmuwan menemukan bukti adanya jejak biologis pada meteorit yang diberi kode ALH84001. Temuan ini kembali meramaikan perdebatan tentang adanya kehidupan di planet keempat dalam sistem tata surya itu.

Anggota tim itu adalah gabungan dari lembaga Johnson Space Center di Houston dan Laboratorium Propulsi Jet di Pasadena. Salah satu anggota tim, Everett Gibson, pernah ikut dalam penelitian pada 1996. Kali ini Gibson dan koleganya meneliti struktur meteorit Martian seberat 13,7 kilogram yang dikenal sebagai Yamato 000593.

Peneliti menemukan perbedaan struktur dan komposisi dalam meteorit Yamato yang menandakan ada proses biologi di Mars jutaan tahun lalu. Hasil temuan ini dilaporkan dalam jurnal Astrobiology edisi Februari lalu. "Ketika misi penjelajahan ke Mars berlanjut, satu-satunya sampel dari sana yang bisa dipelajari di bumi adalah meteorit Martian," kata ketua tim peneliti, Lauren White.

White mengatakan sampel batuan itu bisa menunjukkan gambaran habitat Mars di masa lalu. "Saat dibandingkan dengan hasil observasi modern dengan wahana di Mars, misteri masa lalu planet yang mungkin pernah basah itu bisa terungkap," kata White.

Batu itu diperkirakan terbentuk sekitar 1,3 miliar tahun lalu dari lava yang mengalir di Mars. Sekitar 12 juta tahun lalu terjadi tumbukan besar di Mars yang melontarkan bebatuan dari permukaan planet itu. Meteorit Mars berhamburan di luar angkasa dan ada yang jatuh di Antartika sekitar 50 ribu tahun lalu. Tim ekspedisi dari Jepang menemukan bebatuan itu di daerah glasier Yamato pada 2000.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Material penyusun meteorit Martian punya ciri khusus yang berbeda dengan bebatuan yang berasal dari bumi, bulan atau benda angkasa lainnya. batuan Martian bisa dikenali dari dari komposisi atom oksigen di dalam mineral silika yang menjebak gas atmosfer Mars.

Peneliti menemukan struktur saluran dan kanal mikro yang menjalar di batuan Yamato. Kanal-kanal mikro itu berbentuk melengkung dan bergelombang. Struktur semacam ini mirip dengan yang ditemukan pada batuan basalt bumi yang dihasilkan dari interaksi dengan bakteri. Dalam batuan Martian juga ditemukan lapisan yang mengandung karbon. Hal ini pernah ditemukan juga pada meteorit Martian lain, Nakhla, yang jatuh di Mesir pada 1911.

Kemiripan tekstur dan komposisi dengan batuan bumi mengindikasikan kemungkinan adanya kegiatan biotik di Mars. "Ciri-ciri unik di batuan Yamato menunjukkan perubahan yang dipengaruhi keberadaan air seperti yang ditemukan pada mineral tanah liat," kata Gibson. "Di masa lalu Mars kemungkinan memiliki penyimpanan air yang mengandung komponen karbon."

SCIENCEDAILY | NASA | GABRIEL TITIYOGA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

11 hari lalu

Bangunan kubah ikonik di komplek Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 16 Januari 2023. Tempat peneropongan bintang Observatorium Bosscha telah genap berusia 100 tahun pada tahun 2023 ini. TEMPO/Prima Mulia
Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.


Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Harijono Djojodihardjo menerima anugerah Nurtanio Award 2023 atas andilnya dalam memajukan iptek dan riset Indonesia, khususnya di bidang dirgantara. Dok: TEMPO/ANNISA FEBIOLA.
Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.


Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di IEMS 2023. (Foto: TEMPO/Rafif Rahedian)
Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.


Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Ilustrasi luar angkasa
Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.


Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Kapal Ulang-alik Atlantis meluncur ke luar angkasa untuk terakhir kalinya pada 8-7, 2011. Atlantis, salah satu pesawat ulang-alik milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat. REUTERS/Bill Ingalls/NASA/Handout
Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.


AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko


BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2022 memberikan penghargaan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture kepada Dr. Orbita Roswitiarti M.Sc yang memiliki rekam jejak di bidang penerbangan dan antariksa serta memberikan banyak manfaat yang berarti. (BRIN)
BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.


Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Messier 15 (NASA, ESA)
Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.