TEMPO.CO, Edinburgh - Berapa bahasa yang Anda kuasai? Sebuah studi menunjukkan seseorang yang cakap berbicara lebih dari dua bahasa lebih lambat mengalami penurunan fungsi kognitif pada otak akibat penuaan. Bahkan mereka yang baru menguasai bahasa kedua dan seterusnya setelah dewasa juga mengalami hal yang sama.
Bilingualisme atau kecakapan memakai dua bahasa atau lebih dinilai bisa meningkatkan kemampuan kognitif dan memperlambat dementia pada orang tua. Dementia adalah penurunan fungsi otak sehingga seseorang tak mampu mengingat dengan baik. Selain ingatan, kelainan dementia juga berpengaruh pada kemampuan berbicara, bersikap, dan mengambil keputusan.
"Ini adalah studi pertama yang mempelajari apakah belajar bahasa kedua berdampak bagi kemampuan kognitif di usia lanjut dengan memperhatikan kecerdasan masa kecil," kata Dr Thomas Bak dari The Centre for Cognitive Aging and Cognitive Epidemiology di University of Edinburgh seperti dikutip Sciencedaily, Rabu, 4 Juni 2014.
Untuk studi ini, para peneliti memeriksa data dari The Lothian Birth Cohort tahun 1936 berisi 835 penutur asli bahasa Inggris yang lahir dan hidup di Edinburgh, Skotlandia. Para partisipan diberi tes pada 1947 saat mereka berusia 11 tahun. Saat mereka berada di awal usia 70-an, antara 2008 dan 2010, mereka kembali menjalani tes.
Temuan studi yang dimuat dalam jurnal Annals of Neurology menyebutkan ada 262 partisipan yang masih mampu berkomunikasi setidaknya satu bahasa selain bahasa Inggris. Dalam kelompok itu, 195 orang belajar bahasa kedua sebelum mereka berusia 18 tahun. Sisanya baru belajar bahasa selain bahasa Inggris setelah berusia 18 tahun.
Temuan itu menunjukkan orang yang mampu berbicara dua bahasa atau lebih memiliki kemampuan kognitif lebih baik pada masa tuanya. Efek terkuat terlihat dalam kecerdasan umum dan kemampuan membaca. Kondisi ini terjadi baik pada mereka yang belajar bahasa kedua lebih awal maupun yang baru belakangan belajar.
"Data dari The Lothian Brith Cohort memberikan kesempatan besar untuk mempelajari interaksi bilingualisme dan perkembangan kognitif, mengingat kemampuan itu sudah ada sebelum belajar bahasa kedua," kata Dr Bak.
Menurut Bak, temuan itu dipandang memiliki relevansi praktis. Jutaan orang di seluruh dunia kebanyakan menguasai bahasa kedua mereka setelah dewasa. "Penelitian kami menunjukkan bilingualisme, bahkan yang diperoleh saat dewasa, membantu perkembangan otak," kata Bak.
SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Berita Lain:
Jokowi: Ada Tim Khusus yang Cari Kesalahan Saya
SBY Desak Menteri yang Jadi Tim Sukses Mundur
Tim Sukses, Cak Imin Emoh Mundur dari Menteri