Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Misteri Sisi Gelap Bulan Akhirnya Terpecahkan

image-gnews
REUTERS/Hyungwon Kang
REUTERS/Hyungwon Kang
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sisi bulan yang menghadap bumi selalu sama. Pada permukaannya seakan terlihat wajah seorang pria yang tersenyum (The Man in the Moon). Fenomena "wajah pria" ini tentu saja hanya ilusi, dibentuk oleh bercak-bercak gelap "laut" atau maria--dataran halus yang terbentuk akibat hasil benturan dengan batuan-batuan angkasa.

Namun, tak ada maria di sisi bulan yang jauh. Permukaan sisi bulan yang tak terlihat dari bumi itu hanya dipenuhi bopeng, tanpa ada dataran halus. Misteri yang dijuluki Lunar Farside Highlands Problem itu baru diketahui pada 1959. Kala itu Luna 3, pesawat antariksa Soviet, mengirimkan gambar pertama sisi "gelap" bulan. Disebut bagian gelap lantaran misterius, bukan karena tidak pernah terkena sinar matahari.

Kini para peneliti di Pennsylvania State University, Amerika Serikat, menyadari bahwa di bagian bulan yang tak pernah terlihat dari bumi itu memiliki sedikit maria. "Saya ingat pertama kali melihat bulan ketika masih kanak-kanak. Saya tertegun oleh betapa bedanya sisi bulan yang gelap," kata Jason Wright, seorang asisten profesor astrofisika di Pennsylvania State University.

Foto-foto yang dikirimkan wahana antariksa mengungkap bahwa bagian gelap bulan hanya berisi gunung dan kawah. "Dimana maria (laut)? Ternyata itu menjadi misteri sejak 1950-an." imbuhnya, seperti dikutip Sciencedaily, Rabu, 11 Juni 2014.

Wright bersama profesor astrofisika Steinn Sigurdsson dan Arpita Roy, mahasiswa pascasarjana di bidang astronomi dan astrofisika, menyadari absennya maria disebabkan oleh perbedaan ketebalan kerak antara sisi bulan yang kita lihat dan sisi tersembunyi. Ini merupakan konsekuensi dari proses awal pembentukan bulan.

Konsensus umum tentang asal-muasal bulan adalah bahwa satelit bumi itu terbentuk tak lama setelah bumi. Bulan merupakan hasil tumbukan sebuah objek seukuran Mars yang menyerempet bumi. Kendati tabrakan berlangsung sekilas, tetapi dampaknya menghancurkan.

Benturan yang dahsyat itu, disebut Hipotesis Giant Impact, bermuara pada terlemparnya lapisan luar bumi dan objek seukuran Mars itu ke ruang angkasa. Inilah yang akhirnya membentuk bulan.

"Tak lama setelah tabrakan itu, bumi dan bulan menjadi sangat panas," kata Sigurdsson. Bumi dan objek yang menabrak tidak hanya mencair. Sebagian dari mereka menguap, menciptakan cakram batuan, magma, dan uap yang menyelimuti bumi.

Jarak bumi dan bulan ketika itu 10-20 kali lebih dekat daripada sekarang. Bulan, yang jauh lebih kecil dari bumi, mendingin lebih cepat. Keduanya sejak itu terkunci oleh gravitasi masing-masing. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Suhu bumi yang masih panas, lebih dari 2.500 derajat Celsius, terpancar ke arah sisi dekat bulan. Sementara sisi dekat bulan masih meleleh, sisi yang jauh mendingin perlahan-lahan. Kondisi ini menciptakan gradien atau perbedaan suhu antara kedua bagian bulan.

Gradien ini penting untuk pembentukan kerak di bulan. Kerak bulan mengandung aluminium dan kalsium dalam konsentrasi tinggi. Kedua unsur itu sangat sulit untuk menguap. "Ketika bulan mendingin, elemen pertama yang keluar adalah aluminium dan kalsium," kata Sigurdsson. Temuan ini dimuat dalam laporan di jurnal Astrophysical Journal Letters pada 9 Juni 2014.

Aluminium dan kalsium muncul dan mengisi atmosfer bulan pada sisi yang dingin karena sisi yang menghadap bumi masih terlalu panas. Ribuan sampai jutaan tahun kemudian, unsur-unsur itu bercampur dengan silikat dalam mantel bulan dan membentuk plagioclase feldspars, yang akhirnya pindah ke permukaan dan membentuk kerak bulan. "Kerak bulan pada sisi jauh mengandung lebih banyak mineral ini dan lebih tebal," ujar Roy.

Bulan kini sepenuhnya dingin dan tidak cair di bawah permukaannya. Dalam sejarah sebelumnya, sejumlah meteoroid besar menghantam sisi dekat bulan dan menghancurkan keraknya, melepaskan danau-danau lava basaltik besar yang membentuk maria yang menyusun "wajah pria di Bulan".

Berbeda ketika meteoroid menubruk sisi jauh bulan. Kerak pada bagian ini terlalu tebal dan tidak mengandung basalt magmatik yang menggenang, sehingga menciptakan sisi gelap bulan dengan lembah, kawah, dan dataran tinggi. "Namun hampir tidak ada maria," ucap Wright.

SCIENCEDAILY | MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita Lain:
Valid, Surat Rekomendasi Pemecatan Prabowo
Nurul: Keaslian Dokumen Pemecatan Prabowo Diragukan
Luhut: Calon Pemimpin Jangan Marah dan Bikin Puisi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

34 hari lalu

Bangunan kubah ikonik di komplek Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 16 Januari 2023. Tempat peneropongan bintang Observatorium Bosscha telah genap berusia 100 tahun pada tahun 2023 ini. TEMPO/Prima Mulia
Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.


Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Harijono Djojodihardjo menerima anugerah Nurtanio Award 2023 atas andilnya dalam memajukan iptek dan riset Indonesia, khususnya di bidang dirgantara. Dok: TEMPO/ANNISA FEBIOLA.
Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.


Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di IEMS 2023. (Foto: TEMPO/Rafif Rahedian)
Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.


Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Ilustrasi luar angkasa
Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.


Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Kapal Ulang-alik Atlantis meluncur ke luar angkasa untuk terakhir kalinya pada 8-7, 2011. Atlantis, salah satu pesawat ulang-alik milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat. REUTERS/Bill Ingalls/NASA/Handout
Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.


AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko


BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2022 memberikan penghargaan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture kepada Dr. Orbita Roswitiarti M.Sc yang memiliki rekam jejak di bidang penerbangan dan antariksa serta memberikan banyak manfaat yang berarti. (BRIN)
BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.


Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Messier 15 (NASA, ESA)
Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.