Sejumlah mahasiswa pria dan wanita dari Universitas Genewa terlibat dalam eksperimen Cacioppo. Mereka diminta melihat serangkaian foto hitam-putih dari orang yang belum pernah mereka temui. Orang dalam foto berupa pasangan yang sedang berinteraksi atau mengobrol dan individu yang dinilai atraktif. Tak ada satu pun dari foto itu yang memuat gambar orang telanjang atau erotis.
Ternyata tak ada perbedaan waktu signifikan yang dibutuhkan partisipan untuk mengidentifikasi keinginan cinta romantis dan hasrat seksual. Hal ini, menurut peneliti, menunjukkan otak bekerja cepat dalam memproses dua emosi itu. Namun analisis pergerakan mata menunjukkan ada pola berbeda bergantung pada perasaan yang dialami partisipan saat melihat foto.
Ketika melihat gambar dan merasakan cinta romantis, partisipan cenderung melihat fokus pada wajah. Namun, ketika melihat gambar yang memancing hasrat seksual, mereka menatap ke seluruh tubuh. Efek ini terjadi baik pada partisipan pria maupun wanita.
"Dengan mengidentifikasi pola gerak mata yang terhubung dengan stimulus cinta, studi ini menjadi kontribusi pada pengembangan penanda biologis yang membedakan perasaan cinta dan hasrat seksual," kata John Cacioppo, Direktur Center for Cognitive and Social Neuroscience.
UCHICAGO | SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Terpopuler
Microsoft Berhentikan 18 Ribu Karyawan
Baterai Beri Sinyal iPhone 6 Tertipis
Jelang Lebaran, Transaksi di Berniaga.com Melonjak
Google Doodle Rayakan Ulang Tahun Nelson Mandela
WeChat Perbarui Fitur Jelang Lebaran
Supaya Selfie Anda Terlihat Keren
Ilmuwan Temukan Fosil Burung Bersayap Empat