TEMPO.CO, Jakarta - Nukman Luthfie, ahli strategi online dan pendiri Virtual Consulting, mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati saat menemukan berita negatif di media sosial.
"Sebaiknya baca dulu dan diverifikasi ulang, baru kemudian disebar," kata Nukman saat dihubungi Tempo, Selasa, 29 Juli 2014. Apalagi situs berita palsu marak muncul belakangan ini. (Baca: Awas, 7 Situs Berita Indonesia Dipalsukan)
Pria 45 tahun yang dijuluki Bapak Sosial Media ini menjelaskan, penyebaran tautan berita negatif terutama dilakukan kalangan pendukung calon presiden dan wakil presiden pada saat pemilu presiden lalu. Para pendukung kubu capres tertentu cenderung langsung menyebarkan berita buruk tentang capres lawannya tanpa dicek terlebih dahulu keabsahan sumber berita tersebut. Nukman menganggap hal ini wajar, karena di dunia jurnalistik pun ada yang disebut kampanye negatif, atau menyebarkan artikel berisi berita buruk tentang lawan politik seseorang. (Baca: Situs Berita Palsu Sama dengan Kampanye Hitam)
Namun, dengan maraknya situs-situs berita palsu yang menyaru seperti portal berita online besar di Indonesia, seperti Detik.com, Liputan6.com, dan Tempo.co, Nukman mengimbau masyarakat harus lebih rajin lagi untuk mengecek ulang. Sebab, berita-berita yang dimuat di situs palsu tersebut sudah dikategorikan sebagai kampanye hitam. Kampanye hitam merupakan penyebaran berita mengenai keburukan seorang tokoh, namun berita itu tidak berisi fakta, melainkan fitnah. (Baca: Tifatul Janji Segera Tutup Situs Berita Palsu)
"Harus lebih berhati-hati lagi, soalnya penyebar kampanye hitam dapat dijerat Undang-Undang ITE," kata Nukman. Nah, apabila berita yang disebarkan itu palsu, artinya para pengguna sosial media itu sudah menyebarkan kebencian, bukan fakta. "Sebaiknya dicek dulu URL dan domain dari situs berita tersebut. Kalau asli, boleh disebar." (Baca: Polisi Lacak Pemilik Portal Berita Palsu)
Situs berita palsu yang tersebar ini menggunakan URL tambahan "--news.com". Misalnya Tempo.co dipalsukan menjadi tempo.com--news.com, sedangkan liputan6.com menjadi liputan6.com--news.com. Semua berita palsu yang ditampilkan situs-situs tersebut menyangkut hasil pemilu presiden dengan penampakan yang lebih seperti blog. Ketujuh media online palsu tersebut tampak berbeda dengan situs aslinya, karena secara jelas tidak dilengkapi dengan logo masing-masing media. Kanal berita tak ada dalam situs palsu tersebut. Di sisi kanan situs palsu itu terdapat tautan daftar berita. Jika diklik, tautan itu akan mengantar pengunjung situs ke situs lain yang juga dipalsukan. (Baca juga: Pemred Tempo.co: Hati-hati Tertipu Situs Palsu)
URSULA FLORENE SONIA
Berita Lainnya:
Situs Berita Palsu Sama dengan Kampanye Hitam
Pengunjung Membludak, Sampah Kota Tua Berserakan
Parkir Liar di Monas Kembali Marak
Protes Jam Besuk Dipangkas, KPK: Sesuai Aturan