TEMPO.CO, New York – Akhirnya ada kabar gembira tentang lingkungan. Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan lubang raksasa di lapisan ozon bumi mulai mengecil. “Lubang di lapisan atmosfir yang melindungi bumi dari sinar ultraviolet berbahaya perlahan-lahan kembali menutup,” demikian pernyataan resmi PBB yang dipublikasikan pada Kamis, 11 September 2014. (Baca: Peneliti: Wilayah Australia Terus Mengering)
Menurut peneliti, hal ini terjadi berkat digantinya bahan kimia yang digunakan untuk kulkas, pendingin udara, dan kaleng aerosol pada 1980-an. Saat itu, peneliti menemukan bahwa bahan CFC, nama bahan kimia tersebut, berkontribusi pada terbentuknya lubang pada ozon di atas Antartika. Kampanye untuk mengganti CFC dengan bahan kimia yang lebih aman pun dilakukan. (Baca: Merusak Ozon, Klorin Masih Memenuhi Atmosfer)
Tiga dekade kemudian, barulah kampanye tersebut menunjukkan hasilnya. “Ini adalah kemenangan untuk diplomasi dan ilmu pengetahuan juga keberhasilan negara-negara di dunia bekerja sama,” kata ahli kimia, Mario Molina. Molina memenangi penghargaan Nobel tahun lalu atas risetnya tentang lapisan ozon.
Ini juga penelitian pertama yangi berhasil mendeteksi perubahan yang dapat diukur pada lubang di lapisan ozon. Ukuran lubang di ozon paling besar terpantau pada 2006 yang mencapai ukuran 30 juta kilometer persegi. Saat ini, lubang itu telah mengecil hingga 20 juta kilometer persegi.
Meski demikian, masih butuh waktu hingga 2050 agar kondisi ozon kembali sehat sebagaimana sebelum 1980. Bahkan, lubang tersebut baru akan tertutup dengan sempurna pada 2075 bila kegiatan-kegiatan menyelamatkan ozon terus dilakukan.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA | WASHINGTON POST