TEMPO.CO, Stockholm - Penghargaan Nobel bidang kimia tahun ini diberikan kepada dua peneliti asal Amerika Serikat, Eric Betzig dan William E. Moerner, serta peneliti berkebangsaan Jerman, Stefan W. Hell. Mereka menemukan metode berbasis molekul berpendar yang berguna mengatasi keterbatasan visual pada mikroskop optik.
Dalam acara pemberian hadiah di Royal Swedish Academy of Sciences di Stockholm, Swedia, Komite Nobel menyatakan temuan ini merupakan terobosan baru. Sebab, selama bertahun-tahun, mikroskop optik tidak pernah mendapatkan resolusi yang lebih baik dari setengah panjang gelombang cahaya.
Sebelum ini, batas fisik untuk resolusi mikroskop optik tradisional ditetapkan oleh seorang pakar mikroskop, Ernst Abbe, pada 1873. Resolusi maksimal mikroskop optik tidak pernah lebih baik dari 0,2 mikrometer. Berkat temuan Betzig, Hell, dan Moerner, mikroskop optik mampu melampaui batas itu. (Baca juga: Perbedaan Bentuk Air Mata di Bawah Mikroskop)
"Mereka dengan cerdik mengatasi keterbatasan itu dengan molekul berpendar. Temuan mereka telah membawa mikroskop optik ke level dimensi nano," kata Komite Nobel, seperti dikutip dari laman New York Times dan Nobel Prize, Rabu, 8 Oktober 2014.
Berkat molekul berpendar, mikroskop optik dapat digunakan untuk mengamati proses molekuler secara real-time. Para ilmuwan bisa mengintip kehidupan sel sampai titik paling detail. Temuan ini juga menjadi cikal-bakal nanoskopi, yakni visualisasi jalur dan pergerakan tiap molekul di dalam sel-sel hidup.
Penghargaan diberikan untuk dua penemuan terpisah. Pertama, metode stimulated emission depletion microscopy, dikembangkan oleh Stefan Hell, pakar fisika dari Max Planck Institute for Biophysical Chemistry di Jerman, pada 2000. Ia menggunakan dua sinar laser. Satu laser untuk merangsang molekul berpendar, sehingga menyala. Laser yang lain untuk mencegah molekul berpendar kecuali volumenya berukuran nanometer.
Bekerja secara terpisah, Eric Betzig dari Howard Hughes Medical Institute di Virginia dan William Moerner dari Stanford University di California meletakkan dasar untuk metode kedua, yakni mikroskop molekul tunggal. Metode ini bergantung pada kemungkinan menyalakan atau mematikan pendaran molekul tunggal.
Mereka memindai area yang sama beberapa kali, dan di antara pemindaian itu disisipkan molekul berpendar. Begitu disusun, lapisan-lapisan gambar itu menghasilkan satu gambar beresolusi super padat yang sangat detail hingga skala ukuran nanometer. Betzig menggunakan metode ini untuk pertama kalinya pada 2006.
Kini nanoskopi sudah digunakan di berbagai negara. Para ilmuwan dapat melihat bagaimana molekul-molekul membentuk sinapsis di antara sel-sel saraf di otak. Protein apa saja yang terlibat dalam perkembangan Parkinson, Alzheimer dan Huntington juga dapat diamati. "Para ilmuwan bisa mengikuti pergerakan tiap protein dalam sel telur yang dibuahi ketika membelah diri menjadi embrio," demikian pernyataan Komite Nobel dalam pengumumannya.
NEW YORK TIMES | NOBEL PRIZE | MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita Terpopuler:
JK Bantah Mega Tidak Mau Bertemu SBY
Investor Tunggu Sikap Politik Megawati
Rupiah Jeblok bila Koalisi Prabowo Kuasai MPR