Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lukisan Gua Tertua Ditemukan di Sulawesi

image-gnews
Lukisan prasejarah berupa stensil tangan di sebuah gua di Indonesia yang memiliki usia setara dengan lukisan prasejarah di Eropa. Sebuah studi baru menunjukkan nenek moyang Indonesia menggambar sejak 40.000 tahun yang lalu. AP/Kinez Riza, Nature Magazine
Lukisan prasejarah berupa stensil tangan di sebuah gua di Indonesia yang memiliki usia setara dengan lukisan prasejarah di Eropa. Sebuah studi baru menunjukkan nenek moyang Indonesia menggambar sejak 40.000 tahun yang lalu. AP/Kinez Riza, Nature Magazine
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sejarah peradaban manusia di Indonesia rupanya terbilang sangat tua. Para arkeolog menemukan sisa-sisa peradaban manusia prasejarah berumur 40 ribu tahun di gua-gua di Situs Arkeologi Maros, sekitar 40-60 kilometer dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Peninggalan purba berupa lukisan dinding gua atau rock art itu diperkirakan satu zaman dengan kemunculan ras Austromelanesoid di daratan Eropa, yang juga ditandai dengan jejak lukisan gua. (Lihat foto: Lukisan Gua Prasejarah Sulawesi Ini Berusia 40.000 Tahun)

Adam Brumm, arkeolog dari Pusat Ilmu Arkeologi Universitas Wollongong, Australia, berpendapat bahwa situs di Maros menggambarkan bahwa manusia modern awal yang menghuni daratan Sulawesi sudah mengenal seni batu cadas seperti di Eropa dalam waktu yang bersamaan.

"Umurnya hampir sezaman," ujar Brumm, yang juga menjadi ketua penelitian, kepada Tempo, Kamis, 9 Oktober 2014, di kantor Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Brumm mengatakan rock art, atau bisa juga disebut cave art, merupakan salah satu bentuk pemikiran abstrak manusia pada masa lalu. Mereka mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran mereka ke dalam bentuk lukisan. (Baca: Lukisan Gua Tertua Diklaim di Spanyol)

Temuan yang telah diterbitkan dalam jurnal internasional Nature ini menggunakan metode penanggalan uranium series. Teknik penanggalan ini diklaim lebih akurat dibandingkan uji karbon karena menguji langsung obyek temuan.

"Jadi bukan lapisan batuan di bawah temuan," kata Maxime Aubert, anggota penelitian, yang berasal dari Unit Evolusi Peradaban dan Rock Art Universitas Griffith, Australia.

Aubert mengatakan uji karbon juga tak bisa dilakukan untuk mendeteksi umur temuan yang lebih dari 15 ribu tahun. Itu sebabnya mereka memilih metode uranium series. "Umur mungkin juga masih bisa bertambah jika ada temuan lain yang mendukung," katanya. Menurut Aubert, uranium series dapat dilakukan karena situs tersebut merupakan barisan perbukitan karst.

Secara simbolis, lukisan dinding gua dapat mencerminkan pengalaman atau pengetahuan terhadap sesuatu yang dilihat oleh manusia gua ketika itu. "Bentuknya bisa hewan, kegiatan sehari-hari, dan proses kehidupan," kata Pindi Setiawan, pakar rock art dari Institut Teknologi Bandung, yang bukan anggota penelitian.

Lukisan dinding gua, kata Pindi, bisa jadi juga menandakan identitas penghuni gua. Salah satu bentuknya berupa cap tangan atau hand stencils.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski begitu, penelitian yang dimulai sejak 2011 ini belum berhasil menemukan kerangka manusia yang berkaitan dengan lukisan dinding gua tersebut. Penggalian sampai kedalaman 2 meter hanya mendapatkan alat batu.

Budianto Hakim, anggota penelitian dari Balai Arkeologi Makassar, menduga lukisan dinding gua ini berkaitan dengan yang terdapat di Kalimantan dan Sulawesi Tenggara. "Tapi kami belum tahu apa, baru dugaan dan perlu didalami lebih lanjut," katanya.

Lukisan tersebut memang sezaman dengan ras manusia Austromelanesoid. Namun, menurut Budianto, belum ada kerangka manusia yang dapat membuktikan itu. Artinya, belum diketahui ras manusia apa yang menggambar lukisan tersebut.

Gua-gua di situs Maros ini pertama kali ditemukan oleh dua naturalis bersaudara asal Swiss, Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, pada 1920-an. Lukisan di dinding gua itu sendiri baru diidentifikasi pada 1950 okeh C.H.M. Heeren-Palm. "Tapi umur belum diketahui," kata Muhammad Ramli, peneliti dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar.

Sejauh ini para arkeolog di dunia beranggapan bahwa lukisan dinding gua muncul pertama kali di Eropa. Hal itu didukung dengan penemuan lukisan sederhana di situs El Castillo, Spanyol, yang berumur sekitar 41 ribu tahun.

Secara umum, Brumm mengklaim hasil penelitian di Maros ini memberikan implikasi yang sangat besar terhadap pemahaman tentang evolusi manusia, terutama yang berkaitan dengan pola perilaku manusia pada masa lalu. Besar kemungkinan bahwa rock art telah muncul dan berkembang ketika manusia modern awal menyebar dari Afrika ke Eropa dan Asia Tenggara.

AMRI MAHBUB



Berita Terpopuler:
Koalisi Jokowi Sukses Rayu DPD, Siapa Dalangnya?
Kasus Bunuh Diri di Menara BCA, Keluarga Histeris 
Pria Loncat dari Menara BCA, Apa Penyebabnya?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

8 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

27 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

28 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

32 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.


Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

33 hari lalu

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur. TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ
Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.


Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

33 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.


Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

50 hari lalu

Batu berlapis yang ditemukan di Desa Kampung Melayu, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong. ANTARA/HO-Diskominfo Rejang Lebong
Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung


Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Pengunjung melihat koleksi museum di Museum Almoudi, Mekkah, Arab Saudi, Jumat 28 Oktober 2022. Museum tersebut berisikan berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari- hari masyarakat Arab di zaman dulu. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi


Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

28 Desember 2023

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

Program double degree ini membuka pintu bagi mahasiswa di kedua belah pihak untuk memperdalam pemahaman mereka dalam bidang arkeologi.


6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

21 November 2023

Kompleks Candi Batujaya di Karawang ditetapkan jadi Cagar Budaya Nasional. TEMPO | Hisyam Luthfiana
6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

Situs Candi Batujaya Karawang memiliki berbagai hal unik untuk digali, begini fakta-faktanya.