TEMPO.CO, Massachusetts - Pengobatan stem cell atau sel punca dinilai bisa menyembuhkan sejumlah penyakit, termasuk penyakit jantung dan Alzheimer. Kali ini, dokter Robert Lanza, kepala dari Advanced Cell Technology di Massachusetts, Amerika Serikat, berhasil menemukan kegunaan sel punca untuk kebutaan pada manusia.
Percobaan pengobatan sel punca dilakukan pada 18 pasien yang menderita dua jenis kebutaan, macular degeneration (kebutaan yang muncul pada manusia usia 60 tahun ke atas) dan Stargardt macular dystrophy (kebutaan yang muncul sejak lahir). Semua pasien akan diberikan transplantasi sel epitel retina (RPE) dari sel-sel punca dari hasil prosedur In Vitro Fertilization atau IVF (proses penyatuan sperma dan sel telur dalam tabung). (Baca: Bermanfaat, Terapi Stem Cell Masih Diperdebatkan)
Lanza dan timnya merancang proses pengobatan sel punca yang dapat berubah menjadi RPE. Pada pasien macular degeneration, sel RPE bertanggung jawab pada hilangnya penglihatan yang berfungsi untuk merasakan cahaya di retina yang sehat. Sementara itu, sel RPE pada Stargardt macular dystrophy menyebabkan hilangnya penglihatan secara bertahap.
Gabungan sel punca dengan RPE dimasukkan langsung ke dalam ruang depan retina mata yang paling rusak pada masing-masing pasien. Sel-sel RPE baru memang tidak bisa membentuk sel baru, tapi dapat membantu meningkatkan sel-sel RPE yang telah mati untuk memproses cahaya dan membantu pasien untuk melihat.
"Tujuan utama kali awalnya adalah mencegah kebutaan agar tak bertambah parah dan mencoba keamanan terapi, bukan untuk mengembalikan penglihatan. Namun, hasil yang ditemukan dari uji coba ini justru lebih baik, yaitu meningatkan penglihatan pada pasien buta," kata Lanza, seperti dilaporkan Time, Selasa, 14 Oktober 2014. (Baca: Manfaat Stem Cell untuk Sembuhkan Penyakit)
Ruang retina menjadi sasaran operasi ini karena di sanalah satu-satunya tempat di mana sel-sel kekebalan tubuh tidak bisa masuk. Meski begitu, untuk pencegahan, pasien tetap diberikan obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh selama satu pekan untuk 12 pekan proses operasi.
"Setelah operasi, kami memantau semua aktivitas pasien selama tiga tahun penuh. Setengah dari mereka mampu membaca tiga baris pada grafik mata. Ada juga yang sudah bisa membaca jam dan menggunakan komputer," kata Lanza.
RINDU P. HESTYA | TIME
Berita Lain:
Eks CEO: Pesaing Terbesar Google Adalah Amazon
Zuckerberg Unggah Foto Blusukan Bareng Jokowi
Indonesia Berpeluang Perkuat Jaringan 4G