TEMPO.CO, Bandung - Sedikitnya 200 peneliti muda dari berbagai disiplin ilmu dan daerah bergabung dalam Forum Peneliti Muda Indonesia (ForMIND) yang dibentuk di Bandung. Salah satu program karyanya berupa bina desa dengan penerapan hasil riset dan teknologi. "Sementara ini sasarannya sebuah desa di tiap provinsi," kata Ketua ForMIND Acep Furqon kepada Tempo, Selasa, 4 November 2014.
Forum tersebut dibentuk karena sejumlah masalah, seperti kekayaan sumber daya alam yang belum banyak dimanfaatkan hasilnya oleh warga, riset peneliti asing yang dilakukan diam-diam, serta kurangnya integrasi sesama peneliti, juga dengan pihak pemerintah dan perusahaan. "Kita ingin multidisiplin ilmu dan teknologi bisa menghasilkan inovasi baru untuk masyarakat," ujar dosen Institut Teknologi Bandung itu.
Di Jawa Barat, misalnya, ForMIND sedang memetakan lahan secara digital, potensi alam dan tanaman, serta pengembangan potensi wisatanya. Lokasi desa percontohan tersebut sejauh ini masih dirahasiakan. "Takutnya diserbu pengelola hotel sehingga alamnya rusak," kata Acep.
Tim peneliti ingin mewujudkan desa itu sebagai geowisata sesuai acuan UNESCO, yang terkait antara lain dengan potensi kondisi geologi, budaya, dan ekonomi warganya. Forum yang dideklarasikan di Bandung, 28 Oktober 2014, itu beranggotakan peneliti berusia kurang dari 45 tahun, dari latar ilmu seperti geologi, ekonomi, desain, seni rupa, serta psikologi. (Baca: Orang Kanada ini Ditolak Jadi Calon Rektor ITB)
Seorang peneliti dari Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada, Wiratni, tertarik menjadi anggota karena forum itu mewadahi lintas disiplin ilmu. "Selama ini per disiplin (ilmu) itu sangat rigid. Forum melabrak batas-batas itu dan membahas masalah dari berbagai ilmu," ujarnya saat dihubungi Tempo. Ia kini punya program yang butuh bantuan dari peneliti lain.
Setahun ini, kata Wiratni, dia dan mahasiswanya yang menjalani kuliah kerja nyata kesulitan menerapkan hasil teknologi bernama nanochitosan. Produk pelapis alami untuk buah dan sayur agar tahan lama tersebut masih kurang disambut baik oleh petani di suatu desa di Magelang, Jawa Tengah.
Ia mengklaim pelapis dari bahan limbah udang dan kepiting itu di laboratorium sanggup menahan buah tomat tetap segar selama dua minggu lebih lama daripada yang tidak dilumuri pelapis setelah dipetik. "Bagaimana pendekatannya ke masyarakat, kami butuh peneliti sosial dan psikolog," kata Wiratni.
ANWAR SISWADI
Berita Terpopuler:
Vin Diesel: Paul Walker Adalah Malaikat
Rihanna Berutang Budi pada Chris Brown
Dijauhi Sahabat, Selena Gomez Punya Teman Baru