TEMPO.CO, Yokyo – Beberapa tahun yang lalu, sutradara James Cameron menghabiskan berjam-jam menjelajahi ngarai laut terdalam di dunia, Palung Mariana, untuk mencari tanda-tanda kehidupan. Di situ, dia menemukan makhluk laut dalam yang aneh. Sayangnya, keadaan palung tersebut di luar kendali manusia. Binatang aneh itu pun kabur dari pantauan kamera bawah air.
Belakangan ini, para peneliti asal Jepang menemukan beberapa makhluk aneh lain yang pernah ditemukan Cameron. Salah satunya bakteri mikroskopis di lembah yang disebut Challenger Deep—titik terendah di permukaan bumi, bagian terdalam Palung Mariana.
Tim tersebut menemukan sekelompok bakteri tak biasa yang bernama heterotrof, atau mikroba yang tak bisa menghasilkan makanan mereka sendiri. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Proceeding of the National Academy of Sciences edisi Selasa, 23 Februari 2015.
“Bakteri ini harus makan dari apa yang ada di laut dalam,” kata Takuro Nunoura, pakar mikrobiologi dari Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology, seperti dikutip dari Livescience.
Sekelompok bakteri ini ditemukan di kedalaman hampir 11 ribu meter--jauh lebih dalam daripaa rata-rata kedalaman laut yang hanya 4 ribu meter. Nunoura dan tim menemukan banyak kelompok bakteri mikroskopis, dari bakteri sampai archaea yang biasa digunakan untuk ragi.
Dia menduga sekelompok heterotrof itu memakan sisa-sisa partikel makhluk hidup yang tenggelam, seperti dari kotoran dan debu. Nunoura juga melihat kelompok bakteri tersebut memakan sisa-sisa tanah longsor bawah laut.
Selain menemukan sekelompok bakteri, tim yang dipimpin Nunoura ini menemukan lahan sedimentasi yang dijadikan rumah oleh sekelompok mikroba. Daerah yang berada jauh di dasar samudra itu disebut dataran abyssal.
Sepanjang penelitian, tim peneliti memerhatikan pola kehidupan, suhu, salinitas, dan kimia air laut dari atas Palung Marina sampai Challenger Deep menggunakan kendaraan nirawak yang dikendalikan dari jarak jauh. Tim menemukan keragaman mikroba laut yang bervariasi di tiap kedalaman.
Penggunaan teknik genetika sidik jari di tiap kedalaman berhasil mengidentifikasi mikroba yang berbeda dari gen-gen tertentu. Ekspedisi ini juga mengungkap kelimpahan jenis dari banyak spesies.
LIVESCIENCE | AMRI MAHBUB