TEMPO.CO, Jakarta - Franz-Fabian Bellot, penasihat pembangunan dari Forests and Climate Change Programme (FORCLIME) Jerman, menyarankan agar Indonesia mencari jalan keluar untuk melindungi kawasan hutan tropisnya.
"Hutan tropis Indonesia terluas ketiga, tapi menempati urutan ke-2 dalam hal deforestasi," kata dia dalam seminar REDD+ dan Ekonomi Hijau di Indonesia yang diselenggarakan oleh Society of Indonesian Environmental Journalists dan The United Nations Office for REDD+ Coordination in Indonesia, Rabu, 4 Maret 2015.
Bellot mengatakan pembukaan lahan hutan untuk industri kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan bakal memperparah deforestasi atau penggundulan hutan dan degradasi lahan di Indonesia. Sayangnya, pembukaan lahan tersebut sulit dihentikan secara total karena "Indonesia negara berkembang, butuh pembangunan." Menghentikan pembukaan lahan, katanya, juga tidak langsung menyelesaikan permasalahan.
Opsi terbaik yang ditawarkan Bellot ialah membangun sistem produksi sawit berkelanjutan untuk mengurangi penggundulan hutan. Menurut dia, perkebunan sawit bisa menggunakan area yang sudah terdegradasi atau lahan bekas pakai. "Jadi, tak perlu membuka hutan baru yang masih alami."
Menurut Bellot, sektor pertanian juga berperan dalam deforestasi. Hal ini menjadi dilema karena pembukaan lahan untuk lahan pertanian harus dilakukan untuk menyiapkan pangan bagi masyarakat. "Opsi terbaik adalah berusaha untuk memproduksi makanan dengan efisien dan mengubah gaya hidup masyarakat. Jangan pernah membuang-buang makanan," katanya.
Berdasarkan riset tentang deforestasi dan degradasi tahun 2011, Indonesia menempati peringkat ke-6 penyumbang emisi karbon dunia. Jumlah karbon yang disumbangkan Indonesia mencapai 2 gigaton.
Posisi pertama penyumbang karbon terbesar ditempati Cina dengan jumlah emisi yang dikeluarkan mencapai 10 gigaton. Amerika Serikat menempati peringkat ke-2 dengan 6 gigaton. Secara berurutan, Uni Eropa, India, dan Rusia berada di bawah Cina dan Amerika sebagai penghasil karbon terbesar dunia.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA