TEMPO.CO, Austin - Heather Dewey-Hargborgh menciptakan karya seni berbasiskan data DNA manusia yang dikumpulkannya secara acak. Ide karyanya ini bermula dari pertanyaan berapa banyak hal yang bisa dipelajari dari sehelai rambut seseorang.
Lantas, dia kemudian mengumpulkan sampel forensik yang berada di ruang publik, jalan-jalan, dan toilet umum di New York, Amerika Serikat. Dewey-Haghborg juga mengumpulkan sisa makan siang banyak orang.
Singkat cerita, dia berhasil menciptakan karya tiga dimensi (3D) berupa wajah manusia. Hanya saja, setelah itu dia sadar bahwa Deoxyribonucleic acid (DNA) dapat mengungkapkan banyak hal tentang orang yang memilikinya.
"Jika tak dijaga dengan baik, kehadiran DNA membahayakan privasi seseorang," kata Dewey, yang juga programer komputer dari School of the Art Institute of Chicago, saat menceritakan kisah pembuatan karyanya, seperti dikutip dari Livescience.
Karena itu, dia lantas menghapus data DNA yang didapat untuk menghormati pemilik. Ada dua produk kimia yang ia gunakan untuk menghapus jejak DNA di sebuah benda. Produk kimia pertama bernama Erase, dapat menghilangkan 99,5 persen informasi genetika manusia yang menempel di sebuah benda.
Produk kedua disebut Replace. Prinsip kerjanya mengacak sinyal genetika dengan sistem suara. Produk ini sudah dapat ditemui di pasaran dan biasanya berisi cairan pemutih pakaian.
Dewey-Hargborgh mengatakan, mungkin beberapa orang membutuhkan privasi. "Termasuk perihal DNA," katanya. Dua cara tersebut, menurut dia, dapat membantu seseorang untuk tetap dapat menyembunyikan datanya.
Dewey-Hargborgh beranggapan, data DNA memang harus disimpan seketat mungkin. "Anda bisa mengetahui informasi pribadi seseorang dari jejak rokok yang tertinggal di asbak stasiun bawah tanah," ujarnya.
LIVESCIENCE | AMRI MAHBUB