TEMPO.CO, Kopenhagen - Vitamin D adalah elemen penting bagi manusia. Kekurangan vitamin D terbukti menurunkan tingkat kesehatan manusia. Namun terlalu banyak vitamin D dalam darah ternyata juga bisa berdampak buruk, bahkan menyebabkan kematian.
Hal itu diungkapkan ilmuwan dari University of Copenhagen, Denmark, yang menemukan hubungan antara tingginya kadar vitamin D dalam darah dan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Vitamin D adalah elemen yang dibutuhkan tubuh untuk meningkatkan penyerapan kalsium, zat besi, magnesium, fosfat, dan zinc yang penting bagi pertumbuhan serta kesehatan tulang dan gigi. Vitamin D bisa mencegah perapuhan tulang atau osteoporosis.
Sebagian besar vitamin D, hingga 90 persen, yang didapat tubuh berasal dari pancaran cahaya matahari. Vitamin itu juga bisa didapatkan dari beberapa jenis makanan, seperti ikan salmon dan tuna, telur, serta susu. Banyak pula beredar vitamin dan suplemen dalam bentuk tablet dan kapsul yang dibuat di laboratorium.
Laporan riset yang dipublikasikan dalam Journal of Endocrinology and Metabolism menyebutkan tingginya kadar vitamin D berkorelasi dengan bertambahnya risiko kematian akibat stroke atau penyakit koroner. "Jika level vitamin D seseorang di bawah 50 atau lebih dari 100 nanomol per liter, risiko kematian semakin besar," kata Peter Schwarz, profesor di Departemen Kedokteran Klinis Denmark, seperti ditulis Sciencedaily, 10 Maret 2015.
Schwarz mengatakan para peneliti mempelajari kadar vitamin D pada lebih dari 247 ribu warga Denmark. Mereka menganalisis tingkat kematian dalam periode tujuh tahun setelah pengambilan sampel darah perdana.
Baca Juga:
Sejak saat itu, ada 16.645 pasien yang meninggal. Para peneliti kemudian memeriksa hubungan antara kematian dan kadar vitamin D para pasien yang meninggal. Mereka menyimpulkan bahwa level vitamin D yang terlalu tinggi juga meningkatkan peluang kematian.
Menurut Schwarz, ketika kadar vitamin D dalam darah di atas 100 nanomol per liter, risiko kematian akibat stroke dan penyakit koroner juga meningkat. "Kadar vitamin D tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Takarannya berada di antara 50 dan 100 nanomol per liter," kata Schwarz. "Studi kami mengindikasikan level terbaik berada pada angka 70."
Hasil studi ini, kata Schwarz, punya pengaruh besar dalam pembuatan rekomendasi konsumsi suplemen dan vitamin pada masa mendatang. Sebab, ada tren untuk mengkonsumsi vitamin D tambahan.
"Kita harus tahu, perlukah meneruskan konsumsi vitamin dan suplemen nutrisi? Tak perlu menambah dosisnya hanya untuk merasa lebih baik," kata Schwarz. "Untuk bisa mengkonsumsi vitamin-vitamin itu, harus selalu berkoordinasi dengan dokter."
SCIENCEDAILY | NHS | GABRIEL WAHYU TITIYOGA